MENGATASI DEPRESI

13 Oktober 2008

MENGATASI DEPRESI


(HILANG INGATAN AKIBAT TRAUMA)


1. IDENTIFIKASI

Suwaebah, 20 tahun, seorang TKW berasal dari desa Galirek Mangkangkulon Semarang mengalami depresi berat. Ini terjadi ketika anak juragannya di luar negeri yang berusia 10 tahun jatuh dari tangga pada waktu belajar tae kwon do, darahnya bercucuran. Karena bingung dan panik Suwaebah mengalami depresi. Anak dari pasangan Sumadi 50 tahun dan Zulaikhah (alm) ini merasa bersalah dan takut kalau sampai ia di penjara atau di hukum mati.

2. DIAGNOSIS

Pada mulanya Suwaebah bekerja di Hongkong pada seorang juragan yang sudah memiliki seorang pembantu, akan tetapi karena Suwaebah orang baru, di sering di suruh-suruh oleh pembantu yang lama, dan dibuat bulan-bulanan, dalam istilah jawanya diakali / digataki. Ketika Suwaebah mengadu kepada juragannya malah dia dimarahi karena juragannya lebih percaya pada pembantunya yang lama. Suwaebah ditawari untuk dialihkan ke juragan lain atau dipulangkan ke PT, dengan berbagai pertimbangan Suwaebah memilih untuk dialihkan juragan saja. Di tempat juragan yang baru, Suwaebah ditugasi memasak, padahal dia belum begitu bisa, karena di tempat juragan yang dulu dia bertugas mengasuh seorang kakek (manula). Maka Suwaebah memilih untuk bertukar tugas dengan temannya sesama pembantu di tempat yang baru untuk mengasuh anak juragannya yang hiperaktif berusia 10 tahum. Pada tanggal 20 Februari 2006 peristiwa naas itu terjadi, sampai sekarangpun Suwaebah tidak tahu lagi bagaimana keadaan anak juragannya, apa sembuh, cacat / meninggal dunia. Karena pada waktu kejadian Suwaebah kebingungan panik karena ketakutan naik turun tangga berulangkali dan akhirnya dia kehilangan ingatan. Syukurlah Suwaebah bisa pulang dengan selamat sampai ke rumah, bahkan uang gajinya masih utuh serta barang-barang yang di taruh di dalam tas ransel Suwaebah di antar oleh temannya sesama TKW dari Boja.

3. PROGNOSIS

Di rumah Suwaebah hanya bisa menangis, tertawa dan teriak-teriak bahkan sering berbicara sendiri siang malam, kadang tidak tidur semalam suntuk. Jika keluarganya lengah dia jingkrak-jingkrak keluar rumah seperti orang gila, maka pengawasan ekstra ketat dilakukan, pintu rumah selalu di kunci. Diperkirakan depresi ini terjadi karena perasaan bersalah dan takut yang berkepanjangan. Di sini pembimbing konseling menerapkan teori psikoanalitik di mana salah satu dari 5 teknik dasar psikoanalitik adalah teori asosiasi bebas, yaitu pemanggilan kembali pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatis di masa lampau yang dikenal dengan sebutan katarsis (secara harfiah terharu).

4. PEMBERIAN BANTUAN

Dalam pemberian bantuan tidaklah perlu adanya kesabaran, keuletan dan waktu yang tidak singkat, karena ketika pembimbing konselor menerapkan teknik asosiasi bebas di mana pembimbing konselor mencoba mengembalikan ingatan dari bimbingan konseli pada saat peristiwa itu terjadi, betapapun menyakitkan, hal ini dilakukan guna membersihkan diri dari pemikiran dan renungan sehari-hari, karena apabila semuanya bisa terungkap diharapkan bisa meringankan beban fikiran binimbing konseli, karena perasaannya telah diarahkan kepada pembimbing konselor. Akan tetapi binimbing konseli sering tidak nyambung, tidak respek malah sering menangis bahkan tertawa terbahak-bahak, tak ayal menggerutu (berbicara sendiri). Usaha untuk memulihkan ingatan secara fisik juga dilakukan yaitu dengan cara memijit bagian dahi dan mencegak binimbing konseli dengan makan yang asam, karena makanan yang asam bisa melemahkan ingatan. Jadi selain menerapkan teori asosiasi bebas pembimbing konselor juga melakukan pemijatan di bagian dahi dan mencegah binimbing konseli dari makalan yang asam.

5. EVALUASI

Secara bertahap binimbing konseli sudah mulai bisa nyambung bila diajak berbicara dan sudah mulai menghentikan kebiasaan buruknya tertawa terbahak-bahak, menangis dan berbicara sendiri-sendiri dan syukur alhamdulillah akhirnya sembuh.

6. TINDAK LANJUT

Agar binimbing konseli lebih mendekatkan diri kepada Allah, banyak berdzikir, agar fikiran tidak kosong dan lebih tegar tangguh, dan sabar dalam menghadapi masalah dalam hidup ini. Diharapkan binimbing konseli yang sebelumnya tertutup juga lebih terbuka lebih-lebih jika mempunyai masalah, sehingga masalah yang dihadapi terasa lebih ringan dan masalah tersebut bisa didiskusikan untuk memperoleh jalan keluar.

Share:

0 comment:

Posting Komentar

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.