NILAI-NILAI DALAM MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH

9 November 2009

NILAI-NILAI DALAM MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH

Semua organisasi yang bersifat publik ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari pendiriannya, baik yang berbentuk badan usaha swasta, ataupun pribadi.
Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa asuransi, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapat keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer di manapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
Manajemen yang kita kenal sekarang ini adalah manajemen Barat yang individualistis dan kapitalistis. Di dalam masyarakat yang individualistis, kepentingan bersama dapat ditangguhkan demi kepentingan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka telah meninggalkan nilai-nilai religius yang berdasarkan hubungan tanggung jawab antara manusia dengan Tuhannya, baik mengenai suruhan yang ma’ruf dan pencegahan yang munkar, semata-mata ditujukan untuk memenuhi kebutuhannya

Nilai-Nilai Islami dalam Manajemen Asuransi

Dengan membuat kontrak yang sesuai syariah, dengan teknik pembagian risiko yang professional, bebas gharar dan maisir. Hal ini belum sempurna kecuali keseluruhan manajemen asuransi syariah juga menerapkan nilai-nilai yang Islami.

1. Tauhid atau kepercayaan kepada Allah:

Kepercayaan kepada yang maha kuasa dan pencipta alam semesta ini akan membebaskan orang akan kekuatan akan sesuatu selain Allah.
Pengaruh paling besar dari ucapan La ilaha illa’Allah adalah bahwa kaum muslim akan menaati dan melaksanakan hukum-hukum Allah SWT. Ia percaya bahwa Allah mengetahui segalanya yang terlihat ataupun yang tersembunyi, dan ia tidak dapat menyembunyikan apapun, sebagai konsekuensinya, ia akan menghindari diri apa yang dilarang, dan berbuat hanya dalam kebaikan.

2. Kepercayaan akan akhirat, pahala dan hukuman:

Orang yang memiliki kepercayaan ini akan memiliki pengendalian diri yang lebih baik dan bertanggung jawab atas semua tindakannya. Termasuk adanya perlakuan yang salah dalam berbisnis.

3. Kemandirian:

Kemandirian akan memberikan kejujuran, keberanian, dorongan dan kemampuan, untuk mengambil keputusan-keputusan yang baik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan.

4. Bertanggung jawab:

Tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia, bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kesetimbangan dalam masyarakat. Sikap ini juga mencegah orang-orang untuk saling menyalahkan satu sama lain.

5. Partisipasi:

Elemen partisipasi akan menimbulkan inovasi, rasa bersyukur, efisiensi, dan penyesuaian diri. juga memberikan kemampuan untuk meraih keputusan yang lebih baik,

6. Keadilan:

Keadilan merupakan landasan dari nilai-nilai Islam. Ketika Allah mewajibkan tiga perkara, maka yang pertama adalah keadilan, firman Allah: “sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat” (Qs an Nahl: 90)

7. Percaya diri martabat dan privasi:

Islam menekankan martabat manusia terlepas dari ras, golongan, gender dan agamanya, martabat juga merupakan elemen-elemen yang harus dijaga. Mempelajari martabat orang lain berarti juga menghormati privasi orang lain. Sehingga menimbulkan saling percaya diantara sesama manusia.

8. Dialog:

Dialog akan menciptakan penyebaran budaya diantara semua anggota dalam suatu organisasi.

9. Efisiensi biaya:

Islam menolak pemborosan dan menghambur-hamburkan sumber daya. Berhemat sangat disarankan untuk mengatasi kesulitannya, juga bersifat sabar dan tekun.

10. Efisiensi waktu:

Dalam Islam waktu adalah kehidupan yang berasal dari usia kita yang terbatas, yang akan kita pertanggung jawabkan. Sehingga kita menggunakan sebaik-baiknya waktu yang terbatas dan menghargai setiap perbuatan dalam hidup.

11. Peduli dan saling berbagi:

Rasa peduli membawa pada tolong menolong dan saling berbagi. Islam menggambarkan sesama muslim seperti satu kesatuan tubuh yang merasakan sakit jika salah satu bagiannya terluka. ”orang-orang beriman seperti seorang manusia, jika kepalanya sakit maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit dan jika matanya sakit maka seluruh tubuhnya akan menderita pula”(Hadis).

12. Mengasihi manusia, binatang dan lingkungan:

Kepedulian yang harus ditunjukkan kepada semua mahluk berasal dari rasa percaya bahwa semua adalah milik Allah dan manusia adalah khalifah Allah di alam semesta. Manusia memiliki hak untuk menggunakan sumber daya alam tetapi tidak berhak merusaknya.

13. Keinginan untuk belajar:

Dengan nilai ini tidak ada alasan untuk bertahan pada situasi yang tidak ada kemajuan atau tidak menghasilkan sesuatu. Islam menginspirasi kita untuk terus mencari di semua area ilmu pengetahuan yang tujuannya untuk memperkuat iman.

Corporate Governance untuk Operator Asuransi Syariah

Dalam perusahaan takaful, pengaturan perusahaan dibangun atas empat fondasi yaitu:

1. Sidiq (benar)

Hubungan antara pemegang saham, dan jajaran direksi dan CEO yang mewakili kegiatan actual dari perusahan harus dibangun berdasarkan kebenaran. Asuransi syariah adalah hasil dari kebenaran karena itu gharar dan maisir dilarang dalam asuransi syariah.

2. Amanah (dapat dipercaya)

Terpercaya dan dapat diandalkan oleh setiap pelaku usaha adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain “sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (Qs al Mukmin: 8).

3. Tablig (menyampaikan)

Tablig adalah aspek transparansi terpenting dalam pengaturan perusahaan.

4. Fathonah (cerdas)

Bisnis perlu dijalankan oleh orang-orang cerdas, karena dengan orang-orang cerdas bisnis akan dapat menghadapi tantangan dan memenangkannya.

DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, Muhamad, Asuransi Umum Syariah dalam Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2006.
Issa Rafik Beekun, Etika bisnis Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Qordawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 1997.
Share:

0 comment:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.