[Asma'ul Husna] ar-Razaq - Yang Memberi Rizki

17 Januari 2013

[Asma'ul Husna] ar-Razaq - Yang Memberi Rizki

Sifat ar-Razaq (Yang Memberi Rizki). Bagi orang mukmin wajib meyakini hanya Allah, zat yang memberi rizki kepada hamba, makhluk ciptaan-Nya. Hal ini Allah berfirman dalam surat Hud ayat 6:
$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# žwÎ) n?tã «!$# $ygè%øÍ ÞOn=÷ètƒur $yd§s)tFó¡ãB $ygtãyŠöqtFó¡ãBur 4 @@ä. Îû 5=»tGÅ2 &ûüÎ7B
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Firman yang lain Allah memberikan petunjuk dalam bentuk pertanyaan baik mengenai pemberian rizki, penciptaan pendengaran dan penglihatan, menghidupkan kembali orang yang telah mati, serta yang mengatur semua urusan, dinyatakan dalam surat Yunus ayat 31:
ö@è% `tB Nä3è%ãötƒ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `¨Br& à7Î=ôJtƒ yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur `tBur ßl̍øƒä ¢yÛø9$# z`ÏB ÏMÍhyJø9$# ßl̍øƒäur |MÍhyJø9$# šÆÏB ÇcyÛø9$# `tBur ãÎn/yムzöDF{$# 4 tbqä9qà)uŠ|¡sù ª!$# 4 ö@à)sù Ÿxsùr& tbqà)­Gs?
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
Ayat itu menunjukkan bahwa orang mukmin tidak perlu khawatir apalagi takut tidak dapat memberi makan kepada anak-anaknya atau kemiskinan, sehingga melakukan pembunuhan terhadap para anak-anaknya. Demikian ini diharamkan oleh Allah SWT. Karena Allah telah memberikan jaminan rizki untuk mereka, yang disebutkan dalam surat al-Isra’ ayat 31:
Ÿwur (#þqè=çGø)s? öNä.y»s9÷rr& spuô±yz 9,»n=øBÎ) ( ß`øtªU öNßgè%ãötR ö/ä.$­ƒÎ)ur 4 ¨bÎ) öNßgn=÷Fs% tb%Ÿ2 $\«ôÜÅz #ZŽÎ6x.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
Allah memberikan penegasan lagi, bahwa Allah memberikan rizki tanpa batas kepada orang yang dikehendaki-Nya (yang berusaha dikehendaki-Nya), yaitu orang yang bertakwa dan tidak kufur kepada-Nya. Disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 212:
tûÉiïã tûïÏ%©#Ï9 (#rãxÿx. äo4quŠysø9$# $u÷R9$# tbrãyó¡our z`ÏB z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä ¢ z`ƒÉ©9$#ur (#öqs)¨?$# óOßgs%öqsù tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# 3 ª!$#ur ä-ãötƒ `tB âä!$t±o ÎŽötóÎ/ 5>$|¡Ïm
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Tentu saja rizki dapat datang manakala diupayakan dengan cara yang benar menurut hukum Allah (sunnah Allah). Seperti orang lapar ingin kenyang harus dengan proses makan lebih dahulu, bukan tiba-tiba dapat kenyang. Upaya yang demikian ini disebut kasab, yang oleh sebagian ulama diartikan bekerja untuk keperluan hidup, seperti berdagang, bertani, penjahit, tukang kayu atau batu. Sebab, jika orang bekerja maka ia tidak tama’ (mengharap pemberian orang lain) terhadap haknya orang lain, serta tidak cari muka kepada orang lain.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Muhammad Salih as-Samarani, seorang ulama Jawa akhir abad XIX pengikut mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah, menyatakan: Alhasil pada zaman ini utama kasab, bahkan wajib kasab. Karena, tidak sempurna iman dan Islamnya orang awam kecuali dengan harta. Lebih tegas lagi bahwa meninggalkan kasab akan menjadi hilang iman seseorang. Dinyatakan bahwa: Setelah meninggalkan kasab (bekerja) maka orang akan menjadi gonjang-ganjing (goncang) imannya, dan hilang tauhidnya, serta akan senantiasa mengharap pemberian makhluk setiap hari. Maka posisi semacam ini, setelah mentuhankan kepada Allah, kemudian berbalik mentuhankan kepada makhluk, maka hilanglah iman seseorang.
Dengan demikian, untuk menjaga akidah tauhid, yaitu kepercayaan atau iman kepada ke-Esa-an Allah SWT diperlukan harta benda dengan jalan berikhtiar atau kasab. Dan jika telah memiliki harta benda, orang mukmin wajib memperhatikan kepada orang lain atau pihak-pihak yang dipandang memerlukan bantuan, terutama kepada para fakir miskin, anak yatim dan lainnya. Sebab, pada sebagian harta yang dimiliki seseorang, terdapat hartanya orang lain. Sehingga memberikan sebagian harta itu, pada hakekatnya merupakan pembersihan harta tersebut. Firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 103:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ (
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.
Disebutkan pula bahwa orang yang menafkahkan hartanya, mereka tidak akan merasa kekhawatiran dan bersedih hati, lantaran meyakini Allah akan memberikan balasannya. Disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 262:
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムöNßgs9ºuqøBr& Îû È@Î6y «!$# §NèO Ÿw tbqãèÎ7÷Gム!$tB (#qà)xÿRr& $xYtB Iwur ]Œr&   öNçl°; öNèdãô_r& yYÏã öNÎgÎn/u Ÿwur ì$öqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtóstƒ
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Jelaslah sudah, bagi orang mukmin tidak perlu khawatir atau ketakutan, atau bakhil untuk mengeluarkan sebagian hartanya yang merupakan pemberian Allah itu, dan Allah-lah yang akan membalasnya atas pengeluaran hartanya untuk jalan Allah itu dengan berlipat ganda. Secara tegas disampaikan dalam surat al-Baqarah ayat 261:
ã@sW¨B tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムóOßgs9ºuqøBr& Îû È@Î6y «!$# È@sVyJx. >p¬6ym ôMtFu;/Rr& yìö7y Ÿ@Î/$uZy Îû Èe@ä. 7's#ç7/Yß èps($ÏiB 7p¬6ym 3 ª!$#ur ß#Ï軟Òム`yJÏ9 âä!$t±o 3 ª!$#ur ììźur íOŠÎ=tæ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
Firman Allah itu tambah mempertebal kepercayaan orang mukmin atas amal sedekahnya untuk memberikan derma kepada pihak-pihak yang perlu diperhatikan dan mendapatkan bantuannya berupa materi, pada khususnya, yaitu untuk ikut menanggulangi kemiskinan, kemelaratan, kebodohan, kesehatan dan keterbelakangan lainnya. Sehingga orang dapat merasakan, jika mungkin dapat menikmati kehidupan secara layak, yaitu dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (bisa memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan). Dapat melaksanakan pendidikan dengan menuntut ilmu, bersekolah, mendapatkan jaminan kesehatan, mendapatkan lingkungan hidup yang layak, jika tidak disebut lingkungan hidup yang segar bagi kehidupan makhluk, terutama manusia, dan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. Termasuk menanggulangi pencurian, korupsi dan manipulasi yang dapat membunuh generasi berikutnya, serta dekadensi moral lainnya yang dapat menghancurkan martabat umat manusia.


Share:
Diberdayakan oleh Blogger.