A. PENGERTIAN DAN DASAR METODE RESITASI
Ada beberapa pengertian metode resitasi atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Nana Sudjana:
Tugas atau resitasi tidak sama dengan pelajaran rumah tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat merangsang anak untuk lebih aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.[1]
2. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain:
Metode Penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.[2]
3. Menurut Mulyani dan Johan Permana. H:
Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru yang dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok[3]
Berdasarkan uraian di atas pengertian metode pemberian tugas adalah suatu cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah dan untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
Dalam Al-Qur’an prinsip metode resitasi dapat dipahami dari ayat yang berbunyi:
bÎ) $uZøn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ #sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
”Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)[4]
Al-Maraghi menafsirkan potongan ayat tersebut di atas sebagai berikut:
Qara’nahu : dimaksudkan adalah Jibril membacakannya kepadamu
Fattabi’ qur’anah : maksudnya maka dengarkanlah bacaan dan ulang-ulangilah agar ia mantap dalam dirimu.[6]
Ayat tersebut merupakan bentuk pembelajaran al-Qur’an ketika malaikat Jibril memberikan wahyu (al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad saw dengan membacakannya, maka Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk mengulanginya, sehingga Nabi hafal dan bacaan tersebut dapat membekas dalam dirinya.
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE RESITASI
1. Kelebihan Metode Resitasi
Ada beberapa kelebihan metode resitasi menurut para ahli antara lain:
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain kelebihannya:
1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok.
2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
3) Dalam membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
b. Menurut Mulyani:
1) Metode pemberian tugas dapat membuat siswa aktif belajar.
2) Tugas lebih merangsang siswa untuk lebih banyak, baik waktu dikelas maupun diluar kelas atau dengan lain, baik siswa dekat dengan guru maupun jauh dengan guru.
3) Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya.
4) Tugas lebih meyakinkan tentang apa yang akan dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
5) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengelola sendiri informasi dan komunikasi.
6) Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan belajar dapat dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
7) Metode ini dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
2. Kekurangan Metode Resitasi
Ada beberapa kekurangan metode Resitasi antara lain :
a) Siswa sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
b) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
e) Seringkali anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya menitu hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
Dari pengertian diatas tampak bahwa pelaksanaan metode ini banyak menuntut hakekat siswa sebab anak selalu dituntut oleh guru untuk belajar sendiri baik itu untuk materi yang sudah diterangkan ataupun yang belum diterangkan.
C. Langkah-langkah Metode Resitasi
Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode pembelajaran tugas antara lain :
- Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Jenis tugas jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut
c. Sesuai dengan kemampuan siswa
d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
e. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
- Langkah Pelaksanaan Tugas
a. Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru
b. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
c. Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik dan sistematik
Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan dan petunjuk-petunjuk guru.
- Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
a. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya
b. Ada tanya jawab diskusi kelas
c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya baik berbentuk laporan lisan maupun tertulis. [11]
Karena tugas yang dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggung jawabkan maka siswa akan terdorong untuk mengerjakan secara sungguh-sungguh. Dengan metode ini sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih mendalam.
D. Pelaksanaan Metode Resitasi
Tugas dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan belajar baik perorangan atau kelompok. Adapun pelaksaan yang ditempuh dalam metode ini antara lain:
1. Pendahuluan:
Pada langkah ini perlu mempersiapkan mental murid untuk menerima tugas yang akan diberikan kepada mereka pada pelajaran inti, Untuk itu perlu memberikan kejelasan tentang suatu bahan pelajaran yang dilaksanakan dengan metode ini, diberikan contoh-contoh yang serupa dengan tugas jika keterangan telah cukup.
2. Pelajaran inti:
Guru memberika tugas, murid melaporkan hasil kerja mereka sementara gurumengadakan koreksi terhadap tugas-tugas tersebut, da bila ditemukan kesalahan maka perlu diadakan diskusi.
3. Penutup:
Pada langkah ini murid bersama guru mengecek kebenaran sementara murid disuruh mengulangi tugas itu kembali.[12]
E. Penerapan Metode Resitasi dalam embelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam.[13]
Dalam proses belajar mengajar penggunaan satu metode mengajar untuk segala macam tujuan belajar tentunya tidak efektif . Berbeda tujuan, berbeda cara mencapainya. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat menggunakan berbagai macam metode, antara lain metode resitasi atau metode pemberian tugas.
Metode pemberian tugas adalah metode interaksi edukatif dimana murid diberi tugas khusus (sesuai dengan bahan pelajaran) diluar jam-jam pelajaran. Dalam pelaksanaannya murid-murid dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah, tetapi dapat dikerjakan diperpus, laboratorium, dan lainnya kemudian dipertanggungjawabkan kepada guru.[14]
Dalam pendidikan agama Islam, metode interaksi ini sering digunakan, terutama dalam hal-hal yang bersifat praktis misalnya, setelah selesai pelajaran berwudhu (di sekolah) murid-murid ditugaskan untuk melihat, memperhatikan dan menirukan orangtuannya atau orang-orang lain dirumah atau masjid yang sedang berwudhu, kemudian melaporkannya kepada guru di sekolah pada jam pelajaran berikutnya. Atau contoh lain, menjelang hari raya idul fitri guru menerangkan tentang masalah zakat fitrah, kemudian murid ditugaskan untuk membentuk amil zakat yang melaksanakan tugas mengumpulkan zakat fitrah dan membagikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Sesuai pelaksanaan tugas ini mereka harus membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya kepada guru.[15]
[1] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 81.
[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), edisi revisi, hlm. 85.
[3] Mulyani. S dan Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, (JATENG: DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1999), hlm. 151.
[4] Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 165.
[5] Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Jilid 29, (Beirut: Dar al-Maraghi, t.th.,), hlm. 150.
[6] Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terjemahan, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 244.
[8] Mulyani, op. cit, hlm. 152
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 198.
[11] Syaiful Bahri Djamarah,dan Aswan Zain, op. cit, hlm. 86
[13] Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hlm. 13
[14] Zuhirini, dkk, loc. cit
[15] Zuhairini, dkk, op. cit, hlm.84
0 comment:
Posting Komentar