MUNAJAT IBNU ATHAILLAH

8 November 2018

MUNAJAT IBNU ATHAILLAH

Wahai Tuhan, aku ini fakir di tengah kekayaanku. Lalu bagaimana aku tidak fakir di tengah kemiskinanku? Aku ini bodoh di tengah ilmuku. Lalu bagaimana aku tidak bodoh di tengah kedunguanku?

Wahai Tuhan, dari diriku berasal sesuatu yang memang sesuai dengan kehinaanku, sedangkan dari diri-Mu berasal sesuatu yang memang sesuai dengan kemuliaan-Mu. Kalaupun toh tampak kebaikan dalam diriku, itu karena anugerah-Mu dan Engkau telah berjasa atasku. Sementara jikalau tampak keburukan dalam diriku, itu karena keadilan-Mu dan Engkau berhak menuntutku atas kejahatan itu.
Wahai Tuhan, bagaimana mungkin Engkau akan membiarkanku sementara Engkau telah menjaminku!
Bagaimana mungkin aku dizalimi sementara Engkau menjadi penolongku! Atau bagaimana aku akan kecewa sementara engkau selalu melindungiku!
Wahai Tuhan, inilah diriku sedang mendekatkan diri kepada-Mu dengan kefakiranku. Bagaimana aku akan mendekatkan diri lewat sesuatu yang tak mungkin sampai pada-Mu. Bagaimana aku akan mengeluhkan keadaanku sementara Engkau Maha Mengetahui keadaanku. Akankah aku terjemahkan keluhan itu lewat lisanku sementara ia berasal dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu.
Bagaimana mungkin aku akan menyesal sedangkan harapanku telah sampai kepada-Mu? Bagaimana keadaanku tidak menjadi baik sedangkan ia berasal dari-Mu dan hanya kembali kepada-Mu?

Wahai Tuhan, betapa Engkau sangat kasih kepadaku meskipun aku bodoh! Betapa Engkau sangat sayang kepadaku dan betapa jauhnya aku dari-Mu! Betapa lembutnya Engkau padaku. Lalu apa gerangan yang menghijab diriku dari-Mu?

Wahai Tuhan, setiap kali aku bisu karena celaku kemurahan-Mu-lah yang membuatku kembali bisa berbicara. Setiap kali aku putus asa karena perangaiku, karunia-Mu-lah yang membuatku kembali bisa berharap.
Wahai Tuhan, siapa yang kebaikannya adalah keburukan, bagaimana keburukannya tak berupa keburukan! Siapa yang kebenarannya sebatas pengakuan (klaim), bagaimana pengakuannya tak berupa pengakuan.
Wahai Tuhan, bagaimana aku akan bertekad sementara Engkau yang Mahakuasa? Tapi, bagaimana  aku takkan bertekad sementara Engkau yang Maha Memberi perintah?
Kesibukanku pada dunia membuatku jauh dari-Mu. Karena itu, kumpulkan aku dengan-Mu lewat pengabdian yang bisa mengantarkanku pada-Mu.
Bagaimana aku akan dijadikan petunjuk atas-Mu sesuatu yang keberadaannya sendiri membutuhkan-Mu? Adakah selain-Mu yang tampak sehingga ia bisa menjadi petunjuk atas-Mu? kapankah kiranya Engkau jauh sehingga diperlukan sesuatu yang bisa mengantarkan kepada-Mu?

Share:
Diberdayakan oleh Blogger.