[Asma'ul Husna] ar-Rahman dan ar-Rahim

15 Januari 2013

[Asma'ul Husna] ar-Rahman dan ar-Rahim

Sifat ar-Rahman dan ar-Rahim (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Ini menunjukkan bahwa orang mukmin wajib memiliki sifat pemurah dan suka berderma kepada sesama manusia pada khususnya, ketika mempunyai kelebihan harta atau materi kepada pihak lain yang dipandang memerlukannya. Sebaliknya, Allah SWT tidak memperkenankan kepada orang mukmin mempunyai sifat bakhil dan dengki, iri hati terhadap sesamanya. Sifat pemurah dapat berupa sedekah, membayar zakat, berderma kepada anak yatim, berderma kepada orang yang dalam perjalanan menuntut ilmu (ibnu sabil) dan lainnya, seperti diperintahkan oleh Allah SWT pada beberapa tempat, antara lain dalam surat at-Taubah ayat 60:
$yJ¯RÎ) àM»s%y¢Á9$# Ïä!#ts)àÿù=Ï9 ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur $pköŽn=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è% Îûur É>$s%Ìh9$# tûüÏB̍»tóø9$#ur Îûur È@Î6y «!$# Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# ( ZpŸÒƒÌsù šÆÏiB «!$# 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒOÅ6ym
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan dalam surat al-Baqarah ayat 177 disebutkan:
tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$#
…dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya.
Dan dalam surat adh-Dhuha ayat 9-10 disebutkan:
$¨Br'sù zOŠÏKuŠø9$# Ÿxsù öygø)s? $¨Br&ur Ÿ@ͬ!$¡¡9$# Ÿxsù öpk÷]s?
Terjemahnya:   Adapun terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
Kewajiban zakat, sedekah itu banyak hikmahnya, seperti menghindari kecemburuan, hasud dan sebagainya. Sedang hasud (dengki) dilarang Allah dan Rasul-Nya. Tentang larangan hasud, dengki, provokasi, purbasangka ini dinyatakan dalam suatu hadits, sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث، ولا تحسّسوا ولا تجسسوا ولا تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا كما أمركم الله تعالى: المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم، كل المسلم على المسلم حرام: ماله ودمه وعرضه. إن الله ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم، التقوى ههنا، التقوى ههنا، التقوى ههنا، يصير الى صدره. (متفق عليه)
“Jauhkanlah purbasangka, karena purbasangka itu sedusta-dustanya pembicaraan. Jangan kamu mendengar-dengarkan (menyiarkan, menyebarkan) pembicaraan, memeriksa aib (kejelekan) seseorang, hasud-menghasud, bakar-membakar amarah dan biar-membiarkan (memberi peluang) (orang lain teraniaya). Jadilah sebagai hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT (bahwa) orang Islam itu adalah saudara bagi orang Islam (lainnya). Karena itu, tidak pantas menganiaya, membiarkannya dan menghinanya. Cukuplah seseorang tergolong jelek dengan penghinaannya terhadap saudaranya yang muslim. Setiap orang Islam terhadap orang Islam lainnya diharamkan hartanya, darahnya, dan kehormatannya. Sungguh Allah itu mengetahui isi hatimu dan amalan-amalanmu sekalian. Taqwa itu di sini tempatnya, taqwa itu di sini tempatnya, taqwa itu di sini tempatnya, dan beliau memberi isyarat ke arah dadanya. (Muttafaqun alaih).
Dalam hadits lain dinyatakan sebagai berikut:
لا يدخل الجنة قتات. وفي رواية نمام (متفق عليه)
Ahli desas-desus (tukang fitnah, tukang adu domba) tidak dapat masuk surga. Dalam suatu riwayat disebutkan “Nammam” (provokator, tukang fitnah). (Muttafaqun alaih)
Qattah adalah upaya untuk menyebarluaskan sesuatu, kemudian hasil pendengaran yang tidak atau belum jelas disampaikan kepada orang lain. Dengan demikian penyampaian itu masih merupakan desas-desus (isu-isu). Sedang namimah atau namim ialah memindahkan pembicaraan seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk memfitnah, mengkhianati atau menimbulkan mafsadah, kerusakan, kebencian dan kerusakan lainnya. Dengan kata lain, namimah adalah provokasi.

Menurut al-Ghazali, namimah (provokasi) ialah upaya-upaya yang dapat menimbulkan rasa kebencian, baik bagi pihak penerima, orang yang berupaya maupun bagi pihak ketiga. Upaya-upaya yang dilakukan itu berupa tulisan, lisan, isyarat maupun simbol-simbol. Menurutnya, hakekat namimah (provokasi) adalah tersiarnya rahasia dan tersebarnya hal-hal yang seharusnya tersimpan yang tidak diinginkan jika terbuka.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.