Sifat al-‘Afuwwu,
yaitu Maha Memaafkan, merupakan salah satu dari sifat Allah, termasuk salah
satu al-Asma’ul Husna (الاسماء
الحسنى). Bagi setiap orang
mukmin mempunyai keyakinan bahwa orang yang berada di jalan Allah, kemudian
meninggal dunia, maka mereka akan mendapatkan pahala dan semua dosa-dosanya
mendapat ampunan daripada-Nya. Seperti dinyatakan dalam surat an-Nisa’ ayat
99-100 sebagai berikut:
y7Í´¯»s9'ré'sù Ó|¤tã ª!$# br& uqàÿ÷èt öNåk÷]tã 4 c%x.ur ª!$# #qàÿtã #Yqàÿxî ÇÒÒÈ `tBur öÅ_$pkç Îû È@Î6y «!$# ôÅgs Îû ÇÚöF{$# $VJxîºtãB #ZÏWx. Zpyèyur 4 `tBur ólãøs .`ÏB ¾ÏmÏF÷t/ #·Å_$ygãB n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur §NèO çmø.Íôã ßNöqpRùQ$# ôs)sù yìs%ur ¼çnãô_r& n?tã «!$# 3 tb%x.ur ª!$# #Yqàÿxî $VJÏm§ ÇÊÉÉÈ
Mereka itu, mudah-mudahan Allah
mema’afkannya. Dan adalah Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun. Barangsiapa
berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat
hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan
maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya
(sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di
sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat lain
memberikan teladan secara tegas bahwa Allah tidak suka terhadap ucapan buruk
atau umpatan terhadap orang lain, yang dicontohkan bahwa Allah Maha Pema’af.
Dalam surat an-Nisa’ ayat 148-149 dinyatakan sebagai berikut:
w =Ïtä ª!$# tôgyfø9$# Ïäþq¡9$$Î/ z`ÏB ÉAöqs)ø9$# wÎ) `tB zOÎ=àß 4 tb%x.ur ª!$# $·èÏÿx $¸JÎ=tã ÇÊÍÑÈ bÎ) (#rßö6è? #·öyz ÷rr& çnqàÿøéB ÷rr& (#qàÿ÷ès? `tã &äþqß ¨bÎ*sù ©!$# tb%x. #vqàÿtã #·Ïs% ÇÊÍÒÈ
Allah tidak menyukai ucapan
buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jika kamu melahirkan sesuatu
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),
maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa.
Berpijak dari
sifat-sifat Allah yang tersebut dalam al-Asma’ul Husna (الاسماء الحسنى) yang diyakini kebenarannya oleh para
mukminin, yang merupakan bagian daripada tauhid sifat dan asma’,
maka merupakan kewajiban baginya untuk meniru dan berperilaku seperti yang
dicontohkan oleh Allah SWT. Seperti yang sering disampaikan oleh kaum sufi yang
menyatakan: Takhallaqu bi akhlaqillah, berperilakulah kamu semua
sebagaimana perilaku atau sifat Allah.