Tampilkan postingan dengan label coordinating. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label coordinating. Tampilkan semua postingan

6 Januari 2010

KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Konsep Manajemen

Manajemen adalah kekuatan utama dalam organisasi mengatur atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sub-sub sistem dan menghubungkannya dengan lingkungan. Manajemen merupakan suatu proses di mana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan lainnya lalu diintegrasikan menjadi suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Manajer bertanggung jawab mengintegrasikan unsur-unsur manusia, mesin dan uang dan lain-lain menjadi produktif. Manajer berupaya mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan sistem organisasi.

Ada dua jenis pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari manajemen, yakni :

1) Memperlihatkan proses-proses administratif, yang terdiri dari; perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

2) Mempelajari sub sistem organisasi, yang meliputi tugas-tugas;

a. Strategi: menghubungkan organisasi dengan lingkungan, dan mendesain secara komprehensif sistem dan rencana.

b. Koordinasi: mengintegrasikan kegiatan-kegiatan di dalam organisasi

c. Operasi: melaksanakan pencapaian tujuan-tujuan secara efektif dan efisien.

Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut dibutuhkan sistem lingkungan, perspektif waktu, pendapat, proses umum, dan teknik membuat keputusan.

Manajemen dalam organisasi merupakan koordinasi usaha kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Koordinasi itu terutama dipengaruhi oleh : (1) melalui orang-orang, (2) lewat teknik-teknik, (3) di dalam suatu organisasi, dan (4) ke arah tujuan-tujuan. Pada pokoknya manajemen adalah proses pengintegrasian sumber-sumber manusiawi dan material ke dalam suatu sistem keseluruhan untuk mencapai tujuan.

Sistem manajerial, adalah alat yang mempertalikan subsistem-subsistem primer dalam organisasi, yang terdiri dari lingkungan supra sistem, teknologi, dan sistem psikososial. Lingkungan supra sistem menyediakan keadaan atau suasana di mana organisasi berfungsi. Teknologi secara langsung dihubungkan dengan struktur organisasi. Psikososial menyediakan internal atmosphere bagi operasi-operasi harian. Jadi peranan utama sistem manajerial adalah mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ke arah pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Pendekatan Untuk Mempelajari Sistem Manajerial

Kegiatan untuk mempelajari sistem manajerial dapat dilakukan dengan cara : (1) menganalisis peranan manajer dalam bermacam-macam keadaan institusional; (2) melakukan analisis secara rinci terhadap proses manajemen.

Cara pertama, ialah melakukan analisis perbandingan dan mempertentangkan peranan manajerial sesuai dengan fungsi-fungsi dalam berbagai organisasi, seperti organisasi Perusahaan, Pemerintahan, Lembaga Pendidikan, dan sebagainya. Dengan cara ini akan diperoleh informasi yang berharga tentang penyebaran dan universalitas tentang sistem manajerial. Cara kedua, mempelajari proses manajemen sesuai dengan tahap-tahap pada fungsi-fungsi manajemen, yakni: perencanaan, assembling resources, pengorganisasian, motivasi dan kontrol; atau dapat disederhanakan menjadi perencanaan, pengorganisasian, dan kontrol; atau lebih disederhanakan lagi, yakni perencanaan dan pelaksanaan (implementasi).

Pembuatan keputusan adalah proses yang fundamental dalam sistem manajerial, karena merupakan tingkah laku manusia yang mendasar, yang senantiasa terarah ke tujuan tertentu. Tingkah laku manusia itu merupakan urutan daripada langkah-langkah pembuatan keputusan berdasarkan pilihan dari berbagai alternatif. Pembuatan keputusan dalam organisasi dilakukan pada tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, dan kontrol (pengawasan).

Konsep Sistem Perencanaan

Perencanaan adalah proses manajerial dalam menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dalam perencanaan digariskan tujuan-tujuan yang akan dicapai dan dikembangkan pula program kerja untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Perencanaan diperlukan oleh suatu organisasi, karena:

a. Berguna dalam rangka menghadapi masa depan yang dapat dikatakan belum tentu kepastiannya,

b. Organisasi senantiasa beroperasi dalam lingkungan yang selalu berubah,

c. Yang membutuhkan penyesuaian dan inovasi secara berkesinambungan, yang berbarengan dengan,

d. Kemajuan teknologi terhadap organisasi, sehingga,

e. Perencanaan itu sangat berguna bagi sang manajer dalam mengendalikan organisasi yang dipimpinnya.

Ini berarti, bahwa perencanaan pada hakikatnya merupakan integrasi kegiatan secara komprehensif dengan memaksimalkan seluruh efektifitas suatu organisasi sebagai suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuannya.

Perencanaan sebagai kerangka bagi suatu sistem integrasi keputusan, melalui langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Menilai keadaan politik, ekonomi, persaingan dan teknologi yang akan datang.

(2) Menjejaki nilai-nilai, minat, aspirasi, baik dari manajer maupun dari para anggota.

(3) Menggambarkan peranan sosio-ekonomi yang diinginkan dalam lingkungan untuk masa depan.

(4) Menganalisis sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan organisasi untuk melaksanakan peranan-peranan yang diinginkan itu.

(5) Menggariskan strategi masa depan.

(6) Mengembangkan tujuan-tujuan khusus sesuai dengan rencana strategi.

(7) Menjabarkan perencanaan secara rinci dan kontrol penggunaan sumber-sumber.

(8) Menyediakan sumber komunikasi dan informasi.

(9) Menggariskan sistem informasi umpan balik dan kontrol untuk menentukan kemajuan yang telah dicapai dan masalah-masalah yang timbul dan perlu diperhatikan.

Perencanaan disusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :

(1) Penyusunan keseluruhan tujuan, terus

(2) Mengembangkan rencana strategis, kemudian

(3) Mengembangkan rencana tingkat menengah, dan akhirnya

(4) Mengembangkan rencana operasional.

Tujuan organisasi yang dirumuskan secara jelas dan rencana strategi yang tepat akan membantu penyusunan rencana yang sistematik pada tingkat terendah (operasional). Perumusan tujuan secara operasional sangat berguna atau bermanfaat dalam hal :

a. Sebagai dasar untuk mengintegrasikan perencanaan dan bermacam-macam kegiatan unit operasional.

b. Sebagai dasar perencanaan yang lebih khusus dalam rangka pendelegasian tugas-tugas dan desentralisasi pelaksanaan rencana kerja.

c. Sebagai standard tingkah laku yang mesti dilaksanakan oleh semua tenaga yang terlibat dalam organisasi.

d. Sebagai fungsi kontrol untuk mengetahui hingga mana rencana telah dilaksanakan, hambatan-hambatan apa yang dihadapi, dan sebagainya.

e. Sebagai dasar motivasi bagi personal dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai prestasi kerja optimal.

Perencanaan memiliki sifat multidimensional, yakni:

1) Repetiveness (yang disebut standing plans) dan non repetiveness (single use plans)

2) Time span : perencanaan jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

3) Scope: rencana komprehensif dan rencana strategis

4) Steiner: perencanaan strategis, program jangka menengah dan jangka pendek yang disertai dengan rencana biaya yang rinci.

5) Subsistem: subsistem strategis, subsistem koordinatif, dan subsistem operasional.

6) Flexibility: ada rencana yang kaku (misal: Cook’s planning approach), dan ada rencana yang memiliki banyak alternatif (seperti: Lewis and Clark planning approach).

Suatu model perencanaan terdiri dari :

1) Perencanaan Strategis: yang dikembangkan oleh manajemen yang lebih tinggi, yang berjangka panjang.

2) Perencanaan Medium: yang dikembangkan oleh koordinasi subsistem, berjangka sedang, ruang lingkupnya fungsional dan relatif lebih menetap.

3) Perencanaan Jangka Pendek: yang dikembangkan dalam subsistem operasional, berjangka pendek, ruang lingkup dan kegiatannya terbatas, lebih pasti (fixed) dan terinci.

Pendekatan sistem menitikberatkan pada integrasi kegiatan-kegiatan pada fungsi manajerial: perencanaan, pelaksanaan (action) dan kontrol, yang satu dengan lainnya tak dapat dipisah-pisahkan.

Konsep Sistem Organisasi

Ada beberapa tafsiran tentang organisasi sesuai dengan sudut mana dan penekanan apa yang diberikan. Ada yang menekankan pada interpelasi sistematis antara orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan; ada yang menekankan pada segi sosial atau human; dan ada pula yang mencari analoginya dengan Biologi. Pada pokoknya dalam setiap organisasi terdapat unsur-unsur: orientasi pada tujuan, sistem psikososial, sistem teknis, integrasi kegiatan-kegiatan. Teori tentang organisasi harus dipelajari secara interdisipliner, menggunakan berbagai cabang disiplin ilmu pengetahuan.

Bentuk organisasi yang utama dan yang paling sederhana adalah keluarga, yang kemudian berkembang menjadi suku, desa, bangsa, negara. Selain dari itu, juga terjadi evolusi organisasi-organisasi yang tadinya bersifat informal kemudian menjadi organisasi-organisasi yang bersifat formal. Pada abad terakhir ini telah berkembang organisasi-organisasi yang lebih luas dan lebih kompleks. Dewasa ini organisasi yang besar dan kompleks itulah yang lebih menonjol sesuai dengan kebutuhan, baik secara profesional maupun secara praktis. Perubahan evolutionistic ini terjadi pula pada standard, norma, di samping penyesuaian-penyesuaian juga terjadi konflik antar nilai-nilai tersebut.

Organisasi bisnis, tujuan utamanya adalah produksi dan distribusi material serta jasa. Ciri-cirinya adalah:

a. Terjadi pertumbuhan dalam luasnya organisasi, yakni pertumbuhan menjadi kompleks melalui interaksi vertikal dan interaksi horizontal

b. Beroperasi secara multi nasional, dalam arti melakukan ekspansi internasional dalam sistem sosio kultural yang baru

c. Struktur organisasi lebih cenderung ke arah spesialisasi bagi para karyawannya sebagai akibat mekanisasi dan perkembangan manajemen

d. Terdapat diversitas tujuan-tujuan individual dalam unit-unit organisasi, dan kemudian diperlakukan pula bermacam-macam subsistem.

e. Organisasi menjadi lebih dinamis ke arah tuntutan-tuntutan lingkungan beroperasinya organisasi tersebut.

f. Tuntutan lingkungan menyebabkan perubahan dalam organisasi, organisasi menjadi bagian integral dari masyarakat, dan terdapat kekuatan yang dapat menghambat dan merubah peranan organisasi.

Organisasi tradisional, menekankan pada struktur organisasi, hubungan hirarkis, otoritas, spesialisasi dan span of control, serta garis hubungan staf. Konsep tradisional ini dirubah secara substansi oleh pandangan Behavioristik, yang lebih mengutamakan kebutuhan pribadi dan sosial para anggota organisasi. Model behavioral adalah permulaan dari konsep organisasi sebagai sistem keseluruhan yang mengarahkan dan menuntun individu-individu, kelompok-kelompok informal, hubungan-hubungan intergroup dan struktur formal.

Menurut pandangan modern, organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau variabel yang saling bergantungan secara timbal balik suatu regu sosial dalam sistem masyarakat yang lebih luas. Organisasi adalah suatu sistem sosio-teknik yang berstruktur dalam hubungan interaksi dengan lingkungan. ‘Ia’ menerima input dalam bentuk tenaga, informasi materi dari lingkungannya dan mengembalikannya dalam bentuk output kepada lingkungan. Dalam organisasi terdapat banyak subsistem sebagai komponen-komponen utama, seperti: tujuan-tujuan dan nilai-nilai, subsistem teknik, subsistem psikososial, subsistem struktural dan subsistem manajerial. Fungsi manajerial dalam keseluruhan organisasi dalam hubungan dengan lingkungannya adalah: menentukan tujuan, perencanaan, pengorganisasian, dan kontrol atas kegiatan-kegiatan tertentu organisasi tersebut. Jadi organisasi modern menganut pendekatan sistem. Karena itu perlu dicari pola hubungan dan sistem desain organisasi yang dapat memenuhi tuntutan-tuntutan variabel, baik dalam internal subsistem maupun dalam lingkungan eksternal.

Komponen-Komponen Organisasi

Suatu organisasi meliputi tiga komponen (subsistem), yakni: operasi, koordinasi, dan strategi. Komponen operasi bertalian dengan kegiatan-kegiatan substantif yang terdiri dari input-proses-output. Manajemen terhadap kegiatan ini memerlukan banyak keputusan dan dalam waktu yang relatif pendek. Komponen strategi bertalian dengan batas antara organisasi dan lingkungannya, dalam waktu yang panjang dan memerlukan pembuatan keputusan yang bermutu dan penuh pertimbangan. Komponen koordinasi merupakan integrasi antara kedua komponen/subsistem sebelumnya dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang.

Konsep Sistem Kontrol

Kontrol adalah fungsi dari sistem yang mengadakan penyesuaian dalam hubungan konfirmasi terhadap rencana, sejalan dengan sistem tujuan-tujuan. Kontrol dijalankan melalui jalinan jalannya informasi yang relevan.

Sistem kontrol memiliki unsur-unsur: kondisi atau controlled characteristic yakni suatu ciri atau kondisi yang dikontrol, sensor yakni suatu ciri atau kondisi, comparator yakni individu atau unit alat yang membandingkan pengukuran dengan rencana atau ukuran, activator yakni individu atau unit atau mekanisme yang mengarahkan tindakan terhadap perubahan dalam sistem pelaksanaan.

Informasi adalah medium daripada kontrol, sebab memberikan data sensoris dan informasi korektif terhadap sifat atau kondisi dari sistem yang akan dikontrol. Kontrol dilakukan terhadap hal-hal tertentu saja (selected item) yang berhubungan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam sistem operasi. Informasi yang diperbandingkan dengan sistem standard perlu dinyatakan dalam satu bahasa. Sebaiknya dilakukan dengan prosedur sampling. Antara rencana dan output information diukur dengan norma-norma tertentu untuk menentukan tingkah laku yang diharapkan, sehingga dapat dilihat apakah rencana itu fleksibel atau tidak. Unit reactor merespon terhadap informasi yang diterima dari comparator dan kemudian melakukan pekerjaan korektif. Apakah dipergunakan “machine to machine system” maka output korektif itu disusun dalam network, atau kalau menggunakan man to man system, maka individu harus menilai ketepatan dari feedback information, signifikansi variasi, maknanya bagi stabilitas.

Kontrol diklasifikasikan menjadi tiga kategori: (1) Kontrol terbuka atau tertutup, (2) Kontrol manusia atau mesin, (3) Kontrol organisasi atau operasional.

Dalam sistem tertutup semua unsur menjadi bagian integral dari sistem. Sistem kontrol sudah diidentifikasikan dari pada kontrol dengan manusia, dan biasanya memang sistem kombinasi manusia-mesin. Dalam kontrol organisasi, diperhatikan apakah sistem disain telah aktif dan efisien. Sedangkan kontrol operasional, ialah untuk mengukur output harian.

Masalah yang dihadapi dalam kontrol, ialah: (a) sulitnya mengukur output yang bersifat subjektif dan pengaruh faktor-faktor psikologis dan sosiologis yang bersifat kualitas, (b) terjadi kekeliruan data sehingga mempersulit pertimbangan, (c) masalah salahnya ukuran yang dipergunakan terhadap apa yang diharapkan.

Konsep Sistem Informasi

Informasi adalah merupakan fakta, data dan pengetahuan. Fakta adalah sesuatu yang terjadi di dalam dunia nyata. Data adalah fakta-fakta yang diperoleh dari penelitian empiris. Sedangkan pengetahuan adalah fakta-fakta atau data yang dikumpulkan dengan cara tertentu. Informasi berguna dalam menjelaskan sesuatu keadaan yang tidak pasti dan berguna dalam rangka membuat keputusan.

Teori informasi atau teori matematis dari komunikasi merupakan alat yang sangat penting untuk mempelajari bermacam-macam sistem. Teori informasi terbagi menjadi tiga daerah yang penting: sistem komunikasi, teori matematik dan bermacam-macam pertimbangan yang digunakan dalam ilmu alam dan biologi. Teknologi informasi adalah penggunaan pengetahuan terhadap pelaksanaan tugas-tugas organisasi, misalnya dalam rangka mentransformasikan input menjadi output.

Informasi ditransmisikan melalui proses komunikasi, komunikasi dapat diartikan dengan pengiriman dan penerimaan, idea, dan sikap. Bentuknya secara langsung (interpersonal relationship atau dengan cara tidak langsung dengan surat, telepon, radio, televisi dan sebagainya), dalam organisasi dan masyarakat, dalam konsep sistem komunikasi. Proses komunikasi berlangsung sebagai berikut: sumber-informasi memberikan informasi mentah-ditransmisikan dalam bentuk signal. Dipihak lain menerima, menerima received signal dan kemudian didestinasikan. Bentuk komunikasi terdiri dari: (1) interpersonal, (2) intrapersonal dan (3) komunikasi masa. Di samping itu ada juga yang disebut man-machine system dan machine-machine communication system. Komunikasi sering menghadapi masalah-masalah, yang disebut masalah teknis (tentang ketepatan simbol-simbol), masalah semantic (tentang kebenaran simbol-simbol) dan masalah efektivitas (tentang pengaruhnya terhadap kelakuan).

Sistem informasi keputusan dalam organisasi dapat dikembangkan, baik dalam pola sistem yang natural atau informal. Organisasi disusun di sekitar sistem information flow. Di dalam sistem information keputusan yang menyeluruh yang telah disusun, maka fungsi-fungsi perencanaan dan kontrol memegang peranan yang penting.

Sistem konsep sangat penting di dalam penyusunan jalannya informasi. Keseluruhan sistem terdiri dari subsistem-subsistem daripada proses komunikasi yang disajikan sebagai aliran informasi melalui proses-proses keputusan. Proses-proses tersebut disusun dalam kerangka yang integral, yakni dalam sistem manajemen sistem informasi-informasi.

Manajemen sistem informasi (MIS), adalah manajemen yang mengatur hubungan antara sistem informasi dengan tugas-tugas managerial, yakni dengan : subsistem strategi yakni yang terutama berkenaan dengan perencanaan dan kontrol yang komprehensip; subsistem operasi, yang terutama berkenaan dengan perencanaan dan kontrol secara taktis; dan subsistem koordinasi, yang berkenaan dengan sistem pengintegrasian unit-unit fungsional yang berbeda-beda menjadi kegiatan-kegiatan yang menghubungkan subsistem operasi dan strategi. Data processing berhubungan dengan MIS. Data yang diolah ini bersumber dari luar, (seperti: sumber manusia, sumber dokumenter dan sumber fisik) dan dari dalam (bersumber dari personal, pemasaran, produksi, penemuan keuangan, dan lain-lain, yakni data yang berasal dari fungsi-fungsi organisasi).

Implikasi Konsep-Konsep Manajemen dalam Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem seyogyanya mengandung dua dimensi yang konsisten dan saling terkait, yakni dimensi yang berdasarkan konsep-konsep manajemen dan dimensi yang berdasarkan pada konsep-konsep pendidikan. Dengan kata lain, pengembangan suatu sistem manajemen pendidikan hendaknya berupaya memadukan kedua dimensi itu. Dalam hal ini dimensi penerapan konsep-konsep manajemen dalam manajemen pendidikan lebih mendapat perhatian kita sesuai dengan pokok bahasan yang disoroti dalam bab ini.

Perencanaan Pendidikan

Perencanaan pendidikan disusun secara bertahap, yang meliputi:

1) Perencanaan pendidikan yang menyeluruh yang berskala nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam sistem pendidikan nasional. Perencanaan pada tahap ini menjadi dasar dalam rangka penyusunan perencanaan pendidikan jangka panjang.

2) Perencanaan pendidikan jangka panjang, misalnya untuk jangka selama satu pelita. Perencanaan ini tergolong sebagai perencanaan pendidikan bertingkat strategis.

3) Perencanaan pendidikan tingkat medium yang berjangka sedang dalam jangka waktu yang relatif pendek misalnya untuk jangka satu tahun atau dua tahun pertama dari pelita.

4) Perencanaan pendidikan bertingkat operasional, yang berjangka pendek, misalnya dalam jangka satu tahun/2 tahun semester. Perencanaan pendidikan ini umumnya dilaksanakan pada tingkat wilayah dan kelembagaan pendidikan.

Organisasi Pendidikan

Implikasi konsep sistem organisasi sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, mengandung implikasi tertentu dalam rangka pengembangan pendidikan. Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki tiga sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan.

Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi, dan tingkat Kotamadya/Kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut ketiga komponen (strategi, operasi dan koordinasi).

Ketiga jenjang organisasi program harus mengandung komponen strategi yakni berdasarkan dan berinteraksi dengan lingkungan di mana program itu berada, yang meliputi kebudayaan, sistem nilai, kependudukan, ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan derajat lingkungan menentukan kadar interaksinya dengan tiap jenjang organisasi program bersangkutan.

Ketiga jenjang organisasi program juga memiliki komponen operasi, yakni kegiatan-kegiatan substantif pada kategori input (misalnya: target populasi, ketegasan, siswa, sumber biaya, peralatan, dan sebagainya), proses (misalnya: kurikulum, sistem instruksional, media, evaluasi), output (yakni para lulusan baik kualitas maupun kuantitas). Kegiatan-kegiatan tersebut sudah tentu berbeda pada tiap jenjang organisasi.

Komponen koordinasi juga terdapat pada tiap jenjang organisasi program, yang memadukan antara komponen strategi dan komponen operasi, dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dengan koordinasi ini akan tercipta keseimbangan dan kesamaan tindakan dan arah kegiatan organisasi program dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan pada masing-masing jenjang keorganisasiannya. Dengan demikian, kegiatan organisasi jangka pendek senantiasa berada dalam kerangka organisasi program jangka panjang.

Kontrol (Pengawasan) Pendidikan

Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat pending, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Peranan dan kategori kontrol yang telah dikemukakan secara singkat dalam uraian di muka, kiranya mengandung implikasi tertentu terhadap sistem kontrol/pengawasan pendidikan.

1) Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayagunakan rencana pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu rencana pendidikan.

Pada fungsi komparator bermaksud membandingkan antara hasil pengukuran dan perencanaan pendidikan yang telah dikembangkan sebelumnya. Fungsi activator dimaksudkan untuk mengarahkan tindakan manajerial bilamana terjadi suatu perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Dengan demikian fungsi-fungsi tersebut erat kaitannya dengan kelancaran jalannya roda organisasi pendidikan, dan ketercapaian hasil pelaksanaan sistem pendidikan sesuai dengan jenjangnya.

2) Sistem kontrol pendidikan juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Apakah kontrol itu dilakukan secara terbuka atau secara tertutup? Kontrol yang dilakukan secara terbuka berarti dapat melibatkan semua orang di lingkungan organisasi dan konsekuensinya semua informasi perlu ditampung dan diperhatikan. Kontrol secara tertutup keterlibatan hanya dibatasi pada pihak-pihak terkait saja dan umumnya tidak menyelusuri semua dimensi organisasi pendidikan. Kedua cara ini sesungguhnya dapat dilakukan secara berbarengan.

b. Apakah kontrol pendidikan dilakukan oleh manusia atau oleh mesin (alat elektronik misalnya). Sistem manajemen pendidikan yang telah berkembang dewasa ini memungkinkan penggunaan kedua sistem tersebut, yakni dilakukan oleh manusia dan menggunakan alat yang canggih.

c. Apakah kontrol dilaksanakan terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi atau terhadap hasil operasionalisasi sistem pendidikan. Kedua bentuk kontrol tersebut seyogyanya dilaksanakan dalam sistem manajemen pendidikan, karena pada dasarnya antara kegiatan organisasi pendidikan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan harian bersifat saling terkait dan oleh karenanya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.

Sistem Informasi Pendidikan

Sistem manajemen pendidikan membutuhkan sistem informasi yang harus dikelola secara baik. Kebutuhan informasi ini terasa setiap saat di mana terjadi proses pendidikan, sebab dalam proses pengelolaan itu senantiasa diperlukan data yang akurat, yang dikumpulkan dan disimpan secara akurat pula. Itu sebabnya perlu diatur sistem manajemen informasi yang khusus relevan dengan tuntutan dan permintaan sistem pendidikan.

Kebutuhan informasi tersebut telah mulai terasa sejak adanya studi kelayakan, selanjutnya pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengujian keberhasilan pendidikan. Jadi pada hakikatnya setiap fungsi manajemen pendidikan dibutuhkan informasi untuk pembuatan keputusan. Dalam hubungan inilah konsep-konsep sistem informasi yang telah dikemukakan secara ringkas dalam uraian di muka memiliki implikasi tertentu terhadap manajemen sistem informasi pendidikan.



Share:

19 Oktober 2009

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah. Manusia tidak akan bisa melakukan pembangunan sebagai tuntutan di era kemajuan ini bila tanpa dibekali dengan pendidikan yang memadai sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk mencerdaskan masyarakat di bangsa ini. Karena fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Diasumsikan bahwa orang yang berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan juga kemiskinan, karena dengan modal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya melalui proses pendidikan ia mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional haruslah dikelola dengan tepat agar sebagai subsistem dari pembangunan nasional tujuan SISDIKNAS seperti yang diminta dalam pasal 4 UU no. 2 th 1989 dapat tercapai secara efektif dan efisien. Karena dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itulah manajemen yang bagus sangat dibutuhkan untuk membentuk suatu lembaga pendidikan yang bermutu.

PEMBAHASAN

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Secara umum manajemen didefinisikan sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan tertentu melalui atau dengan cara menggerakkan orang lain. Manajemen adalah kekuatan utama dalam organisasi mengatur atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sub-sub sistem dan menghubungkannya dengan lingkungan. Manajemen merupakan suatu proses dimana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan yang lainnya lalu diintegerasikan menjadi suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

2. Prinsip-Prinsip Manajemen

Secara umum, ada 6 prinsip manajemen yaitu Planning [perencanaan], Organizing [pengorganisasian], Coordinating [peng-koordinasian], Communicating [pengomunikasian], Supervising [pengawasan] dan Evaluating [penelitian].

a) Planning (Perencanaan)

Saat kita memasuki abad ke-21, para pembuat kebijakan pada umumnya dan para perencana serta administrator pendidikan pada khususnya terus dituntut untuk mengenali pelbagai faktor yang membentuk masyarakat secara keseluruhan dan berdampak panjang dan konsisten. karena dalam membuat suatu kebijakan perlu adanya perencanaan yang matang, ditakutkan bila suatu kegiatan yang dilakukan tanpa adanya perencanaan yang matang akan mengalami kendala yang berat atau mungkin gagal ditengah jalan.

Perencanaan pendidikan dalam arti yang dinamis merupakan proses kegiatan di dalam manajemen pendidikan yang menyangkut berbagai kegiatan antara lain :

1) Penentuan sasaran yang hendak dicapai

2) Pengalokasian dana

3) Penggunaan tenaga (daya)

4) Pengorganisasian (pewadahan)

5) Metode dan sistem

6) Efisiensi dan efektivitas untuk mencapai sasaran

7) Pengetahuan ruang dan waktu

8) Penilaian terhadap hasil usaha

9) Penentuan langkah / aktivitas selanjutnya.

Hakikat perencanaan pendidikan adalah suatu proses penyiapan informasi dalam bentuk seperangkat alternatif (kemungkinan-kemungkinan) untuk membantu pembuatan keputusan bagi pembentukan kebijaksanaan manajemen dan tindakan administratif. Sedangkan arti perencanaan pendidikan dalam rumusan tradisional adalah merupakan suatu metode untuk melaksanakan desain atas kisi-kisi pokok (master blueprint) yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan definisi perencanaan pendidikan secara komprehensif adalah suatu proses untuk menghasilkan informasi yang handal dalam bentuk alternatif urutan tindakan, bersamaan dengan konsekuensi-konsekuensi daripada alternatif-alternatif tersebut, untuk membantu pembuatan keputusan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan perumusan kebijaksanaan pendidikan dan administrasi.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan adalah :

1) Perencanaan tugas harus didasarkan atas tujuan yang jelas

2) Bersifat sederhana, realistis dan praktis

3) Terperinci, memuat segala uraian dan klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan sehingga dipedomani dan dijalankan.

4) Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

5) Terdapat pertimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap dalam perencanaan itu menurut urgensinya masing-masing.

6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, waktu dan biaya serta penggunaan sumber daya dan dana yang sebaik-baiknya.

7) Diusahakan agar tidak terjadi duplikasi/ulangan pelaksanaan.

b) Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan aktifitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapat adanya tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab secara terperinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain bahwa, pembagian tugas, wewenang dan tanggung-jawab hendaknya disesuaikan dengan pengalaman, bakat, minat, pengetahuan dan kepribadian masing-masing orang yang di perlukan dalam menjalankan tugas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengorganisasian ialah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan kerja sehingga terwujud kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan.

Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan.

Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kotamadya/kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut mengandung ketiga komponen [strategi, operasi dan koordinasi].

c) Coordinating (Pengkoordinasian)

Adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang yang memerlukan adanya koordinasi dari seorang pimpinan. Koordinasi yang baik menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat ataupun kesimpang-siuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan sebagainya.

d) Communicating (Pengomunikasian)

Dalam melaksanakan suatu program pendidikan, aktifitas menyebarkan dan menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud keseluruhan organisasi sangat penting. Bentuk komunikasi yang berbeda akan mendatangkan hasil yang berbeda. Misalnya, komunikasi lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas daripada secara tertulis.

Menurut sifatnya, komunikasi ada 2 macam yaitu komunikasi bebas dan terbatas. Dalam komunikasi bebas setiap anggota dapat berkomunikasi secara bebas dengan anggota yang lain. Sedangkan dalam komunikasi terbatas setiap anggota hanya dapat berhubungan dengan beberapa anggota tertentu saja. Untuk melaksanakan program atau rencana dalam batas batas-batas tertentu komunikasi bebas lebih baik daripada komunikasi terbatas. Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang mempengaruhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi.

Dewasa ini di Indonesia terdapat sejumlah media komunikasi massa yang perkembangannya sudah cukup maju dan dapat menjangkau hampir seluruh pelosok tanah air, media komunikasi massa tersebut adalah surat kabar, majalah, radio dan televisi. Melalui media tersebut, budaya, tradisi, kegiatan, kemajuan dan sebagainya yang telah dicapai oleh suatu golongan masyarakat atau daerah tertentu dapat diketahui oleh masyarakat atau daerah lain. Dengan demikian komunikasi massa dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, bahkan sampai batas tertentu dapat mengubah sikap masyarakat, sudah tentu disamping nilai-nilai yang positif, media massa dapat pula menimbulkan efek negatif. Tentang efek negatif acara TV beberapa ahli dan hasil penelitian masyarakat; banyak orang yang membuang waktunya antara 4-6 jam tiap hari untuk mengikuti semua acara TV; film-film banyak yang mempertunjukkan kejahatan, pembunuhan, perampokan dan sebagainya. Iklan TV dapat menimbulkan penyakit the gimniees terutama pada anak [penyakit merengek ingin dibelikan].

e) Supervising (Pengawasan)

Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervision. Pengawas bertanggung-jawab terhadap efektivitas program yang dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam pengawasan haruslah diteliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Fungsi supervisi yang terpenting adalah :

1) Menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat yang diperlukan.

2) Memenuhi/mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan.

Jadi supervisi sebagai fungsi manajemen pendidikan berarti aktivitas untuk menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang dapat menjamin tercapainya tujuan pendidikan.

Tegasnya fungsi supervisi adalah untuk memelihara program pengajaran dengan sebaik-baiknya. Jadi melaksanakan supervisi dalam membantu meningkatkan situasi belajar pada umumnya dan membantu guru, agar ia mengajar lebih baik, sehingga dengan demikian murid dapat mengajar dengan lebih baik lagi.

f) Evaluating (Penelitian)

Untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program diperlukan adanya penilaian atau evaluasi. Sedang alasan/dasar evaluasi dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Suryabrata bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni dasar psikologis, didaktis dan administratif.

1. Dasar Psikologis

a. Ditinjau dari anak didik

Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu memilih ide dan melaksanakannya secara lepas dari pendukung ide tersebut.

b. Ditinjau dari pendidik

Orang tua atau wali murid adalah orang pertama yang mempunyai kepentingan mengenai pendidikan anak-anaknya.

2. Dasar Didaktis

a. Ditinjau dari anak didik

Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yang terhormat akan menimbulkan kepuasan sehingga akan berusaha untuk lebih giat belajar lagi.

b. Ditinjau dari segi pendidik

Hasil yang telah dicapai siswa akan segera memberi petunjuk terhadap guru, dalam hal-hal apa ia berhasil dan dalam hal-hal apa ia gagal.

3. Dasar Administratif

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan administrasi, maka penilaian mutlak harus dilakukan.

Setiap penilaian berpegang pada rencana tujuan yang hendak dicapai atau dengan kata lain setiap tujuan merupakan kriteria penilaian terhadap pekerjaan seorang guru dalam usaha mendidik dan mengajar muridnya tidak dapat disamakan dengan penilaian tukang jahit dalam menjahit pakaian langganannya atau pekerjaan seorang anemer/ahli bangunan sebuah gedung. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan didirikan untuk memelihara dan memajukan kebudayaan. Dengan demikian, penelitian tentang efisiensi pendidikan bukan untuk menentukan untung rugi secara finansial, tetapi berhasil atau gagalnya pendidikan harus di ukur dari sudut keuntungan atau kerugian masyarakat.

B. Kepentingan Pendidikan

1. Pengertian Dan Pentingnya Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna merumuskan kepemimpinan sebagai “Proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara Soepardi mendefinisikan kepemimpinan sebagai “Kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang paling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.

Dengan pengertian ini dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Dalam proses pengelolaan kegiatan kerjasama, diperlukan kecakapan khusus untuk menggerakkan orang lain, diperlukan cara yang disebut Human Relation disinilah terletak pentingnya kepemimpinan.

Di dalam Islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditandaskan dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Umar.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَاْلأِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ أَهْلِِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَاوَمَسْئُولَةٌ, وَالْخَادِمُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ,وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى مَالٍ أَبِيْهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Artinya :

Dari Ibnu Umar r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinanmu. Seorang imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Seorang ayah adalah pemimpin dan ia diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Seorang Ibu adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pembantu adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung-jawabannya dalam mengurus harta dan kekayaan tuannya. Seorang anak adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya dalam menjaga harta benda ayahnya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya”. (H.R Ahmadi).

Dari hadits tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa selama manusia masih merupakan makhluk sosial, mereka selalu ingin hidup bersama dalam masyarakat, baik dalam masyarakat yang primitif maupun modern. Masing-masing individu harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah dilakukannya, baik sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh kelompoknya maupun pemimpin alami, seperti dalam keluarga.

2. Fungsi Kepemimpinan Dalam Pendidikan

Menurut Hadari Nawawi, terdapat asumsi kepemimpinan pendidikan.

a) Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data/bahkan dari anggota dalam menetapkan keputusan (decision making) yang mampu memenuhi aspirasi di dalam kelompoknya.

b) Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul rasa atau sikap percaya diri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.

c) Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap harga menghargai sehingga timbul ikut terlibat di kegiatan kelompok/organisasi dan tumbuhnya perasaan bertanggung jawab atas terwujudnya pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari pencapaian tujuan.

d) Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya dengan kemampuan sendiri.

3. Syarat dan Ketrampilan Dalam Pendidikan

a) Syarat dan ketrampilan kepemimpinan umum

Terdapat tiga syarat yang setidaknya dimiliki oleh para pemimpin yang diungkapkan oleh Dr. W.A Gerungan :

1) Social Perception (penglihatan atau wawasan sosial)

Yang dimaksud dengan wawasan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul di dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai perasaan-perasaan, tingkah laku, keinginan dan kebutuhan sesama anggota kelompok.

2) Ability in Abstrack Thinking (kemampuan berfikir abstrak)

Yang dimaksud disini adalah memiliki otak yang cerdas atau memiliki inteligensi yang tinggi, karena berfikir secara abstrak itu dibutuhkan seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya dengan apa yang menjadi tujuan.

3) Emotional Stability (keseimbangan emosi)

Orang yang mudah sekali marah menandakan emosinya tidak mantap dan tidak memiliki keseimbangan emosi. Jangankan menjadi pemimpin orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Padahal, seorang pemimpin seyogyanya mampu menciptakan suasana tenang dan aman kepada mereka yang dipimpin. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila sang pemimpin sendiri memiliki sikap tenang dan aman karena memiliki keseimbangan emosional.

Jadi, jelaslah bahwa dalam diri pemimpin harus ada kepribadian yang harmonis, jiwa yang mantap, emosi yang stabil dan keinsyafan yang mendalam akan aspirasi, perasaan. Kebutuhan dan cita-cita para anggota kelompoknya.

b) Syarat dan ketrampilan kepemimpinan pendidikan

Menurut Dr. Hadari Nawawi, untuk menjadi seorang pemimpin dalam lingkungan pendidikan disamping diperlukan persyaratan formal seperti pendidikan atau ijazah juga diperlukan syarat yang lebih bersifat praktis. Syarat-syarat tersebut antara lain :

1. Memiliki kecerdasan atau inteligensi yang cukup baik.

2. Percaya diri dan bersifat membership (ikut memiliki).

3. Cakap bergaul dan ramah tamah

4. Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat/kemampuan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik.

5. Organisasi yang berpengaruh dan berwibawa.

6. Memiliki keahlian atau ketrampilan dalam bidangnya.

7. Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.

8. Memiliki keseimbangan atau kestabilan emosional dan bersifat sadar.

9. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.

10. Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

11. Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya.

12. Bijaksana dan selalu berlaku adil.

13. Disiplin

14. Berpengalaman dan berpandangan luas.

15. Sehat jasmani dan rohani

Dengan terpenuhinya persyaratan dan ketrampilan tersebut, seorang pemimpin diharapkan mampu menjalankan peranan kepemimpinan pendidikan sebagaimana yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu :

Ing Ngarso Asung Tulodo

Ing Madya Mangun Karsa

Ing (tut) Wuri Handayani.

KESIMPULAN

Begitu pentingnya manajemen dan kepemimpinan dalam setiap aktivitas, termasuk didalamnya aktivitas kependidikan karena sistem manajemen merupakan kunci utama penggerak suatu aktivitas, tanpa adanya manajemen yang bagus, maka suatu organisasi tersebut dikhawatirkan akan mengalami kegagalan, demikian juga bila manajemennya kurang handal dalam melaksanakan sistem manajerialnya, maka sistem manajemen yang baik pun kurang begitu sempurna, atau mungkin timbul kegagalan dalam kepemimpinannya.

Untuk itu antara pembentukan sistem manajemen yang tepat dan kepemimpinan yang bertanggung-jawab terhadap kependidikan diharapkan akan dapat membentuk suatu lembaga pendidikan yang handal dan bermutu.

REFERENSI :

Abu Dohou, Ibtisam dan Fadjar, Malik, H. A. School-Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah), tanpa penerbit dan t.th.

Daryanto, H.M, Administrasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.

Hamalik, Oemar, Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi, Sinar Baru, Bandung, t.th.

__________________, Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, Mandar Maju, Bandung, 1991.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetisi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.

____________________, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2003.

Sukmadinata, Nana Syaudih, Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek), Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

Thoha, Chabib, dan Mu’thi, Abdul, PBM-PAI di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.

Tilaar, H.A.R., Manajemen Pendidikan Nasional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.



Share:
Diberdayakan oleh Blogger.