1. Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Pergantian amir tidak mempengaruhi operasi perluasan daerah, pada tahun 717-718 M. Operasi dilanjutkan dengan pemimpin al-Hurr bin Abdul Rahman al-Tsaqafi, gerakan menuju Spanyol Utara setelah menaklukkan Saragosa. Perluasan daerah itu terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Perluasan ke Spanyol masih diteruskan oleh setiap khalifah yang berkuasa di Damaskus. (Prof. Dr. Abu Su’ud, Islamologi Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, hlm. 70)
Masuknya Islam di Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di
Spanyol atau dahulu lebih dikenal dengan Andalusia yang terletak di benua Eropa yang letak geografinya sangat dekat sekali dengan Afrika Utara yang pada waktu itu merupakan daerah perluasan Islam pada masa khalifah al-Walid sehingga memungkinkan bagi Islam untuk melakukan ekspansi ke daerah itu. Kira-kira selama 7 abad Islam mengibarkan benderanya di Spanyol, sudah barang tentu Islam meninggalkan peradaban-peradaban baik yang bersifat intelektual maupun segi fisik bangunan. Spanyol di bawah kekuasaan umat Islam telah mencapai kejayaan yang gemilang. Banyak kemajuan yang diperoleh dan pengaruhnya terasa sampai ke Eropa bahkan sampai ke seluruh dunia. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat sekarang ini sangat berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada zaman dahulu.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama untuk menyerap peradaban Islam bagi Eropa, baik melalui hubungan politik, sosial maupun peradaban antar negara, hingga Eropa mengakui bahwa Spanyol di bawah pemerintahan umat Islam yang lebih maju dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, terutama di bidang pemikiran sehingga timbul Averoisme (Ibn Ruysd-isme) yang menuntut kebebasan berfikir.
2. Masa Kemunduran (1250-1500) dan Latar Belakang / Sebab-Sebab Timbulnya Masa Kemunduran
Pada tahun 1258 M
Adapun sebab-sebab timbulnya masa kemunduran adalah :
a. Jatuhnya
b. Runtuhnya daulat Abbasiyah yang memerintah
c. Terpecahnya kekuasaan Islam pada saat itu, kekuasaan Islam terpecah menjadi tiga daerah kekuasaan :
1) Kekuasaan bangsa Mongol dengan luas daerah kekuasaannya dari
2) Kekuasaan bangsa Turki dari perbatasan
3) Kekuasaan bangsa Arab di daerah-daerah selain daerah yang dikuasai oleh Mongol dan Turki.
d. Kurangnya persatuan di antara umat Islam.
(Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 111-128 dan Dr. Muhammad Sayyid al-Wakil, Wajah Dunia Islam dari Bani Umayyah hingga Imperialisme Modern, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2005, hlm. 229-248)
Bangsa Mongol yang berskala kecil dan termasuk bangsa Nomaden telah begitu kuat mengubah sejarah peradaban Islam dari sepanjang Laut Tengah dengan penuh kegigihan mendirikan kemiliteran yang begitu hebat dalam kurun waktu yang relatif singkat. Sehingga dapat mengalahkan umat Islam yang berskala besar. Peradaban yang di bina sekian lama dalam masa beberapa periode (dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayyah) lenyap begitu saja oleh bangsa Mongol tak berperikemanusiaan, rakus akan kekuasaan. Mereka menganggap hanya ada satu Tuhan di dunia, makanya ia juga beranggapan hanya ada satu penguasa di dunia, yakni dari bangsanya yaitu Mongol.
3. Tiga Kerajaan Besar dan Penyebab Kemundurannya
A. Kerajaan Turki Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah Usman I, ia adalah kabilah Oghuz, yang tinggal di Mongol dan daerah utara negara Cina. Atas dasar membantu berperang melawan Bizantium, oleh Sultan Alauddin II mereka diberi tanah di Asia Kecil, atas kemenangannya kemudian oleh Usman didirikan sebagai kerajaan Turki Usmani (1290 M – 1326 M) hingga akhirnya mengadakan perluasan daerah dan menaklukkan kota-kota lain seperti Abdrianopel yang kemudian dijadikan sebagai Ibu Kota kerajaan yang baru. Turki Usmani sangat terkenal dengan kemiliterannya sehingga mampu mengadakan ekspansi sampai Eropa. Kerajaan Turki Usmani bermadhab sunny, mengalami kejayaan pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni.
Penyebab kemunduran kerajaan Turki Usmani
1) Wilayah kekuasaan yang sangat luas
2) Heterogenitas enitas penduduk
3) Kelemahan para penguasa
4) Budaya Pungli
5) Pemberontakan tentara jenis sari
6) Merosotnya ekonomi
7) Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
B. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi berasal dari tarekat Safawiyah yang berdiri
Penyebab kemunduran kerajaan Safawi di Persia
1) Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
2) Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi
3) Gagalnya pembentukan pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I
4) Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
C. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal di India dengan
Penyebab hancurnya kerajaan Mughal di India
1) Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritime mughal.
2) Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3) Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4) Semua pewaris tahta adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
(Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 111-128 dan Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 427-496)
Suatu pertanyaan yang selalu membenak di hati, mengapa tiga kerajaan di atas disebut sebagai kerajaan besar? Kalau kita tengok ke belakang awal mula berdirinya tiga kerajaan tersebut adalah berdiri dengan sendiri secara mandiri tanpa meneruskan kekuasaan pemerintahan nenek moyangnya, dengan kemandiriannya dalam membentuk suatu pemerintahan tiga kerajaan besar itu mampu berkembang hingga mencapai kejayaan yang gemilang dengan memperluas kekuasaan di sekitarnya hingga mampu membangun peradaban-peradaban Islam yang dapat kita ketahui sampai sekarang. Walaupun secara kualitasnya masa keemasan tiga kerajaan besar tersebut lebih jauh gemilang dengan kerajaan (dinasti-dinasti) Islam pada masa klasik, yang mendahulukan ilmu pengetahuan dari pada kemiliteran yang berfungsi sebagai peperangan untuk melakukan ekspansi seperti yang dilakukan oleh tiga kerajaan besar ini.
4. Kedatangan Islam di Indonesia
Sekitar Abad I / 7 M, meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar, Islam telah masuk ke
Sejarah juga mencatat Islam datang ke
Beberapa proses Islamisasi di Indonesia antara lain lewat jalur perdagangan, perkawinan antara saudagar dengan penduduk pribumi, kesenian, pondok pesantren, politik maupun tasawuf. (Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam,
Islam sangat mudah masuk ke Indonesia, karena Islam bersifat fleksibel, luntur, lunak, tidak memaksa, dibuktikan dengan adanya akulturasi antara kebudayaan yang telah ada (Hindu–Budha) kepercayaan penduduk sebelum Islam datang, sebagai contoh yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan pewayangannya, sehingga masyarakat sedikit demi sedikit mau menerimanya. Islam menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta
5. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
A. Kerajaan Samudra Pasai
Samudra Pasai terletak di pesisir timur laut Aceh dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M dengan raja yang pertamanya adalah Malik al-Saleh dengan pusat kerajaanya ada di Muara Sungai Peusangan. Kerajaan berlangsung sampai abad 1524 M Samudra Pasai ditaklukkan Portugis dan akhirnya pada tahun 1524 M di aneksasi oleh raja Aceh, Ali Mughyat Syah dan selanjutnya ada di bawah pengaruh kesultanan Aceh.
B. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di Aceh Besar (sekarang), berdiri pada tahun ke-15 M dengan raja Ali Mughyat Syah. Puncak kekuasaan terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608–1637 M), kerajaan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan Turki Usmani pada saat itu. Pada masa itu daerah sekitarnya sudah memeluk Islam kecuali rakyat batak. Runtuhnya Aceh ketika tonggak kepemimpinan dipimpin oleh seorang perempuan pada tahun 1641–1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan terpecah belah hingga akhirnya pada abad ke–18 M Kasultanan Aceh tinggal bayangan belaka.
C. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan pertama di Pulau Jawa dengan rajanya Raden patah, terjadi kurang lebih sekitar abad ke-15 hingga awal abad ke-16.
D. Kerajaan Pajang
Pajang merupakan lanjutan dari kerajaan Demak terletak di Kartasura, kerajaan Pajang merupakan kerajaan pertama di pedalaman pulau Jawa. Sultan pertamanya adalah Jaka Tingkir atau Adiwijaya. Pada masa sejarah Islam di Jawa yang asalnya berada di pesisir pantai kini berpindah ke pedalaman yang membawa akibat besar dalam perkembangan Islam di Jawa. Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618.
E. Kerajaan Mataram
Pendiri kerajaan Mataram adalah Ki Pamenahan, yang mana mendapat tanah Mataram oleh Sultan Adiwijaya untuk memberontak Aria Penangsang, dan Ki Pamenahan mendapatkan kemenangan, hingga akhirnya di sana mulai ditempati pada tahun 1577 M dan menjalankan pemerintahan. Pada masa Sultan Agung kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi.
Konflik datang bertubi-tubi, dalam setiap konflik yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang didukung oleh para ulama yang bertolak dari keprihatinan agama, hingga terjadi pemerontakan-pemberontakan yang mengakibatkan runtuhnya Keraton Mataram.
F. Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan yang pertama yang ada di Jawa Barat, pendirinya adalah Sunan Gunung Jati pada abad ke-16.
G. Kerajaan Banten
Pendiri kerajaan Banten adalah Hasanuddin putra dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1568 dan beliau adalah raja pertamanya. Kesultanan bergantian secara turun temurun hingga akhirnya pada masa Sultan Abul Fath terjadi beberapa kali peperangan antar Banten dan VOC yang berakhir dengan disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.
H. Kerajaan Banjar di Kalimantan
Pendirinya adalah Pangeran Samudera atau Sultan Suryatullah / Suryan Syah setelah berhasil menghalau serangan dari Daha berkat bantuan Demak. Kerajaan ini merupakan penerus dari kerajaan Daha yang mayoritas masih menganut agama Hindu–Budha.
I. Kerajaan di Maluku
Sekitar tahun 1460 M raja Ternate, Vongi Tidore memeluk agama Islam, raja yang benar-benar muslim adalah Zayn al-‘Abidin (1486–1500 M), karena usia Islam masih muda di Ternate, Portugis yang tiba dari sana tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama Kristen, tetapi usaha mereka hanya mendatangkan hasil yang sedikit.
J. Kerajaan di Sulawesi
Kerajaan ini bernama kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan
Jika kita teliti lebih lanjut letak geografi kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia mayoritas terletak di pesisir pantai seperti Samudra Pasai, Demak, Aceh, Sulawesi, Maluku, Kalimantan itu dikarenakan lajur pelayaran merupakan sarana perdagangan antar pulau sehingga memungkinkan untuk proses Islamisasi di sana, yang bisa disalurkan lewat beberapa kerajaan. Adapun kerajaan yang ada di pedalaman merupakan masa transisi politik pesisir ke pedalaman yang dapat mengembangkan Islam secara merata baik di pesisir, perkotaan maupun di pedalaman. Perlu diketahui bahwa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh peran Walisongo, dibuktikan dengan adanya kesultanan di Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati yang sebelumnya banyak berkiprah di Demak, dan adanya Sunan Giri yang menjadi guru para raja di Maluku yang berguru di Sunan Giri dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Hasan Muarif, Prof. Dr. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1998.
Hasymy, A., Prof. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Banda Aceh, PT. al-Ma’arif, 1989.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam,
Su’ud, Abu, Prof. Dr. Islamologi Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia,
Wakil, Muhammad Sayyid, Dr. Wajah Dunia Islam dari Bani Umayyah hingga Imperialisme Modern,
Yatim, Badri, Dr. MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004.
0 comment:
Posting Komentar