PENDAHULUAN
Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wujud ketaqwaan manusia pada Tuhan hendaklah seimbang dan lengkap, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia dan dunianya.
Dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
PEMBAHASAN
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibimbing, dibantu, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.
Konflik-konflik batin dalam diri manusia yang berkenaan dengan ajaran agama (Islam maupun lainnya) banyak ragamnya, oleh karenanya diperlukan selalu adanya bimbingan dan konseling Islami yang memberikan bimbingan keagamaan kepada individu agar mampu mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam QS. Al-Ankabut, 29 : 2, dan QS. Luqman, 31 : 7.[1]
Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islami
Bimbingan dan konseling Islam berlandaskan terutama pada al-Qur’an dan Hadits atau sunnah Nabi, di tambah dengan berbagai landasan filosofis dan landasan keimanan. Berdasarkan landasan-landasan tersebut dijabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut :
1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat (al-Baqarah, 2 : 201), (ar-Ra’ad,
2. Asas fitrah (ar-Rum, 30 : 30)
3. Asas lillahi ta’ala (al-An’am, 6 : 162), (adz-Dzariyat, 51 : 56), (al-Bayinah, 98 : 5)
4. Asas bimbingan seumur hidup
5. Asas kesatuan jasmaniah–rohaniah (al-Baqarah, 2 : 187)
6. Asas keseimbangan rohaniah (al-A’raf, 7 : 179)
7. Asas Kemaujudan individu (al-Qomar, 54 : 49), (al-Kahfi,
8. Asas sosialitas manusia (an-Nisa, 4 : 1).[2]
Tujuan Konseling
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk membantu individu agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah, sehingga perilakunya tidak keluar dari aturan, ketentuan dan petunjuk Allah.
Fungsi Konseling
Kegiatan konseling Islami dapat berfungsi sebagai berikut :
1. Fungsi preventive : yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya
2. Fungsi kuratif atau korektif : yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi preservative : yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good)
4. Fungsi developmental atau pengembangan : yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Jenis Layanan Konseling Islam
Jenis-jenis layanan yang ada dalam konseling Islam adalah mencakup :
1. Konseling pernikahan dan keluarga
2. Konseling pendidikan
3. Konseling sosial
4. konseling karir
5. Konseling keagamaan
Proses Konseling
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik. Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien).
Secara umum proses konseling dibagi atas tahapan :
1. Tahap awal konseling
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut :
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah
c. Membuat penaksiran dan penjajakan
d. Menegosiasikan kontrak
2. Tahap pertengahan (tahap kerja)
Tujuan-tujuan tahap pertengahan ini yaitu :
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu dan kepedulian klien lebih jauh
b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
3. Tahap akhir konseling (tahap tindakan)
Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu :
- Menurunnya kecemasan klien
- Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik
- Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas
- Terjadinya perubahan sikap positif.
Tujuan-tujuan tahap akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai
b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien
c. Melaksanakan perubahan perilaku
d. Mengakhiri hubungan konseling
Hubungan Konselor dan Konseling
Hubungan konseling mengandung harapan bagi klien dan konselor, juga memiliki tujuan yang jauh yaitu tercapainya perkembangan klien. Hubungan konseling terjadi dalam suasana keakraban antara konselor dan klien (intimate), mengacu pada perkembangan potensi dan memecahkan masalah klien, mengurangi kecemasan, dan ada komitmen (keterikatan) antara kedua belah pihak (konselor–klien).
Pendekatan Konseling
Dalam bukunya Dr. Sofyan S. Willis, Pendekatan Konseling (Counseling Approach) disebut juga teori konseling merupakan dasar bagi suatu praktek konseling.
Untuk menyelesaikan kasus, harus dicoba secara kreatif memilih bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan, kemudian secara sintesis–analitik diterapkan kepada kasus yang dihadapi. Pendekatan seperti itu dinamakan Creative–Synthesis–Analytic (CSA). Allen E. Ivey (1980) menyebut pendekatan CSA ini dengan nama Electric Approach yaitu memilih secara selektif bagian-bagian teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konselor.[3]
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Aunur Rahim, 2001, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
Prayitno, 1999, Dasar Bimbingan dan Konseling,
Willis, Sofyan S., 2004, Konseling Individual Teori dan Praktek,
0 comment:
Posting Komentar