PERAN PSIKOLOGI DALAM PROSES DAKWAH

13 Oktober 2008

PERAN PSIKOLOGI DALAM PROSES DAKWAH


I. PENDAHULUAN

Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.

Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan. (M. Arifin, 1997 : 10-12).

Dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak memberi jalan pada perumusan tujuan dakwah pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi seorang Da’i atau juru dakwah dengan mempelajari metode psikologi yang mana psikologi dapat memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya menelaah tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar.

Maka yang perlu diperhatikan oleh juru dakwah adalah situasi dan kondisi masyarakat obyek khususnya situasi psikologisnya. Manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani yang unik. Proses perubahan dan perkembangan pribadinya sangat rumit. Maka Da’i yang menghadapinya juga komplek sehingga sebagai peran psikologinya sangat dibutuhkan.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian

Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (kejiwaan) manusia. Senyatanya psikologi ini merupakan cabang pengetahuan yang masih muda atau remaja.

Psikologi sebagai psikologi filsafat menurut Plato pada tahun lebih kurang 400 SM, berarti: ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche= jiwa; logos= ilmu pengetahuan).

Robert S. Wood-Worth berpendapat bahwa psikologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka. (Kartini Kartono, 1996 : 1-2).

Sedangkan dakwah menurut epistemologi yang berasal dari bahasa Arab, kata dakwah berbentuk Isim Masdar yaitu bermakna panggilan, ajakan atau seruan. (Ali Mahfud, 1952 : 17).

Secara istilah dakwah berarti mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan kebajikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah kepada yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Ali Mahfud, 1952 : 16).

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa psikologi dakwah merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, maka untuk memberi pengertian tentang obyek psikologi dakwah ini, kita coba terlebih dahulu untuk mencoba meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam data dari kedua lapisan ilmu tersebut kemudian atas dasar itu maka kita dapat menemukan obyek pembahasan tersendiri.

Psikologi dakwah merupakan kesatuan analisis terhadap tingkah laku manusia melalui pendekatan psikologi dan dakwah geologis yang terdisipliner. Sebagai pembahasan yang mempedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang lingkup pembicaraan psikologi teoritis khusus, dan juga dalam psikologi praktis aplikaitif. (Jamaluddin Kafie, 1993 : 6-7).

B. Esensi Psikologi Dakwah

Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas mempelajari / membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i maupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.

Tugas psikologi dakwah adalah memberikan landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi.

Dengan memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta ciri-cirinya, maka pesan dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah akan dapat meresap dan diterima dalam pribadi sasarannya dan kemudian diamalkannya kepada perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat strategi-strategi dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus mempraktekkannya. (Al-Mubarok, 1998 : 50).

C. Psikologi untuk Efektifitas Dakwah

Menyerukan kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah tugas hidup setiap manusia. Dengan bahasa lain setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah. Perintah ini ditulis dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110, yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.

Dalam kenyataannya, tidak semua muslim yang sengaja melakukan kegiatan dakwah dan tidak semua muslim yang sengaja berdakwah tidak melakukannya dengan efektif.

Kegiatan dakwah ini dapat berlangsung lancar dan baik, diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, maka perlu dikaji faktor apa saja yang merupakan penghambat dan pelancar transportasi informasi.

Pokok-pokok landasan mengenai dakwah dalam Islam yaitu:

1. Dakwah harus dilakukan dengan hikmah

2. Harus bersabar dan optimis dalam berdakwah sabar akan segala kesulitan dan optimis bahwa Allah akan memberikan jalan bagi mereka yang mendapatkan petunjuk. Allah akan mendampingi mereka yang tegar dan berbuat kebaikan.

Dua yang paling utama dalam kegiatan dakwah yaitu sikap mental yang positif yang harus dipegang oleh juru dakwah dan penyampaian informasi dakwah sebaik-baiknya. (Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Suroso, 1994 : 35).

D. Mengenalkan Sebelum Memberi Beban

Kebanyakan dari para da’i tidak memperhatikan prinsip yang cukup penting ini. Prinsip yang seharusnya dipenuhi dalam rangka meluluhkan hati sang mad’u, sebagai pengkondisian dan persiapan baginya untuk mendengar kebenaran yang hendak diserukannya. Prinsip ini at-tarif qabla al-taklif, juga sebagai upaya untuk membuat senang dalam menggeluti al-haq, mendorong mereka untuk beramal dengan al-haq itu, dan menjelaskan tentang dasarnya pahala yang dijanjikan atas setiap orang yang mau berbuat demikian dan ‘aqim daulatal Islami fi qablika faqum fi ardhika, (tegakkanlah daulah Islam di hatimu, niscaya ia akan tercegah di bumi ini) karena itu pribadi seorang da’i mempunyai pengaruh besar bagi keberhasilan dakwah dan penyebaran risalahnya.

E. Penyampaian Pesan

Agar pesan dakwah akan mudah diterima oleh komunikan maka perlu adanya komunikasi yang efektif. Tanda-tanda komunikasi yang efektif paling tidak memberikan lima hal pengertian, kesengajaan pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan demikian pula pendekatan psikologi ditandai:

1. Pengertian memiliki makna bahwa penerimaan cermat stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator.

2. Kesenangan, aktivitas dakwah harus mampu menimbulkan kesenangan pada setiap diri mad’u, hanya persoalannya, bagaimana dianya dikata pembawa berita gembira-gembira itu disajikan pada setiap yang mampu menimbulkan kesadaran dan mampu menimbulkan rasa puas.

3. Mempengaruhi sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Begitu pula dakwah perlu pula menerapkan dakwah yang bersifat persuasif (proses mempengaruhi pendapat).

4. Hubungan sosial yang baik, dakwah juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik dapat hidup sendiri, setiap manusia pasti menginginkan hubungan yang positif dengan orang lain.

5. Tindakan, dakwah persuasif sebagai suatu proses untuk mempengaruhi sikap dakwah persuasif juga diarahkan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.

III. KESIMPULAN

Peran psikologi dakwah sangat membantu kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan lancar dan berhasil dengan baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Jamaluddin, dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Al-Mubarok, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Asy-Syifa, 1998.

Arifin, M., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Offset Indah, 1993.

Kartini, Kartono, Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju, 1996.

Mafud, Ali, Hidayatul Mursyidin, Kairo: Darul Qutb al-Arabiyah, 1952.

Share:

0 comment:

Posting Komentar

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.