Untuk sekedar mengerti isi dari psikologi pada umumnya baik yang kolot maupun yang modern, akan kami tinjau sekedar sejarah perkembangan psikologi dimana pada akhirnya dilahirkan psikologi modern.
Dibawah ini akan kami ulas sejarah perkembangan psikologi secara singkat, yang dipelopori oleh beberapa tokoh. Kita juga akan membahas tentang metode dan materi-materinya yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan psikologi.
1. ALIRAN ASOSIASIONISME
James Mill (1773-1836)
Sebenarnya pandangan Mill tidak jauh beda dengan pandangan John Locke tentang ide. Hanya disini Mill membedakan antara penginderaan (sensation) dan ide. Penginderaan adalah hasil kontak langsung alat indera manusia dengan rangsang-rangsang yang datang dari luar dirinya. Ide adalah semacam salinan atau copy dari penginderaan itu yang muncul dalam ingatan seseorang. Ia beranggapan sulit untuk memisahkan penginderaan dari ide, karena penginderaanlah yang menimbulkan ide dan ide tak mungkin ada tanpa seseorang mengalami penginderaan terlebih dahulu.
Kemudian Mill berpendapat bahwa ide-ide dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya misalnya meja dan kursi. Mekanisme yang menghubungkan satu ide dengan yang lainnya disebut asosiasi.
Kuat lemahnya asosiasi ditetapkan oleh tiga kriteria :
1. Ketetapan (permanency) : Asosiasi yang kuat adalah asosiasi yang permanen, artinya selalu ada kapan saja.
2. Kepastian (certainty) : Suatu asosiasi adalah kuat kalau orang yang berasosiasi itu benar-benar yakin akan kebenaran asosiasinya itu.
3. Fasilitas (facility) : Suatu asosiasi akan kuat kalau lingkungan sekitar cukup banyak prasarana atau fasilitas.
John Stuart Mill (1806-1873)
Sebagaimana ayahnya, J.S. Mill memulai ajarannya dari penginderaan dan ide (sensation dan idea). Tapi pandangannya berbeda dari ayahnya yaitu :
1. Penginderaan dan ide adalah dua hal yang bisa dibedakan dan dipisahkan antara kedua itu, idelah yang sangat penting daripada penginderaan.
2. Ada 3 hukum asosiasi yaitu :
a. Similaritas : persamaan dua hal menyebabkan asosiasi.
b. Kontiguitas : kelanjutan antara satu hal dengan hal yang lain yang menimbulkan asosiasi.
c. Intensitas : kekuatan hubungan antara dua hal menimbulkan asosiasi dan karena ragu, beliau mengganti istilah intensitas dengan dua konsep lain yaitu insuperabilities dan frekuensi.
3. Ide gabungan (compound idea) bukan sekedar penjumlahan dari ide-ide simple saja, melainkan punya sifat-sifat tersendiri yang lain dari sifat masing-masing ide simple yang membentuk ide gabungan itu.
4. Dalam mengemukakan ajaran-ajarannya J.S. Mill lebih banyak mendasarkan diri pada eksperimen-eksperimen daripada ayahnya yang mendasarkan diri pada pemikiran-pemikiran yang abstrak teoritis saja.
2. USAHA MENERANGKAN PSIKOLOGI SECARA ILMIAH SEMU
Phrenology
v Franz Joseph Gall (1758-1828)
Beliau percaya bahwa jiwa terbagi-bagi dalam 42 bagian atau fakultas diwakili di tempat-tempat tertentu di otak. Atas dasar itu ia membagi-bagi tengkorak kepala ke dalam 42 lokasi dan tiap-tiap lokasi diwakili satu fakultas kejiwaan dan dari ini semua kita akan tahu obyek Gall yaitu bahwa kita dapat mengenal watak manusia dari meraba bentuk tengkoraknya yang disebut kraniognomi tapi lebih dikenal dengan sebutan phrenology. Yaitu istilah yang dikemukakan salah satu penganut Gall di Jerman yang bernama Johann Cristian Spurzheim (1776-1832) Spurzheim bersama George Combe (1778-1858) yang giat mempropagandakan ilmu semu keliling dunia termasuk ke Amerika. Sedangkan metode yang dipakai Gall untuk mengetahui semua itu adalah dengan penelitian-penelitian.
Physiognomy
v Cesare Lombrossed (1836-1906)
Ia percaya bahwa sifat-sifat orang sudah terberi sejak lahir dan tidak akan berubah-ubah lagi dalam hidupnya. Karena itu dengan mempelajari bentuk wajah ia menyatakan bahwa ia dapat mengetahui mana orang jahat dan mana yang bukan.
Physiognomy dalam arti yang lebih luas yaitu bukan sekedar mengenai raut muka melainkan keseluruhan bentuk tengkorak yaitu :
a. Dolicocephalic (kepala panjang)
b. Brachycephalic (kepala bulat)
c. Mesochepalic (kepala yang berbentuk antara panjang dan bulat)
Itu menunjukkan adanya sifat-sifat tertentu atau ciri kepribadian tertentu. Disini muncul tokoh yaitu Ernst Kretschmer (1888-1964) yang menggolongkan empat tipe kepribadian yaitu bentuk tubuh asthenis, piknis, atletis dan displastis.
Mesmerisme
v Franz Anton Mesmer (1734-1815)
Beliau mengajukan sebuah teori yaitu “theory of animal magnetism” atau “currative power of magnetic iron” yang menyebutkan bahwa dalam diri seseorang bisa terdapat cairan-cairan tertentu yang mempunyai daya magnet yang dapat menyembuhkan orang sakit.
Mesmerisme diberi nama hipnotisme oleh James Braid (1795-1860). Hipnotisme ini kelak melalui Jean Martin Charcot (1825-1893) diajarkan kepada Sigmund Freud (1856-1939) kemudian berkembang menjadi teori “psikoanalisa”.
3. PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI ILMU FAAL
Marshal Hall (1790-1857)
Pandangan Hall banyak persamaannya dengan Johannes Peter Miller yang membedakannya yaitu kalau Hall menyatakan bahwa reflek hanya terkandung pada syaraf tulang punggung(spinal cord)dan tidak dipengarui oleh otak. Sedangkan Miller berpendapat bahwa ada sebagian dari reflek yang dipengaruhi pula oleh otak. Penelitian hal ini atas dasar eksperimennya dengan seekor ular. Ia membedakan 4 macam gerak tubuh:
1. Gerakan yang dikehendaki (voluntary movement) tergantung pada kesadaran dan kegiatan otak.
2. Gerakan pernapasan tidak atas dasar kehendak dan tergantung pada pusatnya di sumsum penyambung.
3. Gerakan yang tidak dikehendaki tergantung dari kepekaan otot-otot terhadap rangsang.
G. Fritsch dan E. Hitzig
Mengadakan penelitian bersama dan menemukan bahwa: ”Cortex cerebri” (kulit otak) terdapat pembagian wilayah. Dua wilayah itu adalah “gyrus centralis posterior” yang merupakan area motoris.
Sir Francis Galton (1822-1911)
Dalam psikologi studinya meliputi penginderaan, ingatan, asosiasi, imajinasi, kemampuan dan bakat-bakat. Ia menciptakan alat psiko-test didasarkan pada pengukuran penginderaan. Ia beranggapan antara orang-orang yang pandai dan orang-orang yang bodoh terdapat perbedaan dalam daya penginderaannya.
Emil Kraepelin (1856-1926)
Ia menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Dan terlepas persahabatannya dengan Wundt, Kraepelin berpendapat bahwa etiologi (penyebab) penyakit kejiwaan tidaklah terletak pada jiwa seseorang, melainkan disebabkan oleh faktor pertumbuhannya seperti kelainan di otak ataupun faktor-faktor bawaan. Ia juga adalah orang pertama yang mempelajari secara eksperimental pengaruh-pengaruh obat-obatan , alkohol, nikotin, dan lain-lainnya terhadap tingkah laku manusia.
4. PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU YANG BERDIRI SENDIRI
Wilhelm Wundt (1832-1920)
Metode yang digunakan Wundt adalah metode ilmu alam, analisis sintetis. Ia tidak setuju pada psikologi asosiasi karena bersifat mekanistis. Pengamatan dibagi menjadi persepsi dan apersepsi. Ia membagi psikologi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Psikologi perorangan obyeknya adalah gejala-gejala jiwa seperti penginderaan, perasaan, berfikir, belajar.
b. Psikologi massa obyeknya adalah gejala-gejala jiwa kelompok misalnya sugesti.
Wundt mengemukakan teori tiga dimensi perasaan yang berpasang-pasangan yaitu :
1. Lust-unlust (senang-tak senang)
2. Spannung-losung (tegang-tak tegang)
3. Erregung-beruhigung (semangat-tenang)
George Elliah Muller (1850-1934)
G.E. Muller memberikan sumbangannya kepada psikologi khususnya dalam psiko-phisik, ingatan dan persepsi visuil. G.E. Muller mengemukakan apa yang disebut “ the right associative procedure” atau prosedur asosiatif yang benar. Yang menyatakan bahwa proses mengingat dan lupa tidak semata-mata mekanistis dan otomatis, tapi ada unsur aktifitas dari individu yang bersangkutan. Proses mengingat ada unsur aktifnya, karena mengandung asosiasi. Proses lupa bersifat aktif juga, karena ada unsur hambatan retroaktif (“retroactive inhibition”), yaitu rangsang-rangsang yang datang kemudian menghambat ingatan terhadap hal-hal yang sudah terlebih dahulu ada.
Oswald Kulpe (1862-1915)
Sumbangan Kulpe yang terbesar adalah meletakkan dasar-dasar studi tentang proses berfikir. Ia mengemukakan bahwa proses berfikir yang tinggi tidak terikat pada penginderaan dan dapat pula diselidiki secara eksperimental. Keyakinan Kulpe berbeda dengan pendapat Wundt yang menyatakan bahwa setip proses berfikir hanya dapat diselidiki melalui penginderaan atau melalui bayangan (image) dari penginderaan itu.
Metode yang dipakai Kulpe adalah introspeksi eksperimental yang sistematis. Dengan metodenya itu Kulpe berhasil membuktikan bahwa proses berfikir adalah bebas dari penginderaan (“sensation free” atau “imageless”)
5. FUNGSIONALISME
A. William James
Beliau mengemukakan teori emosi yang biasa dikenal dengan teori James-Lange adalah sebuah teori yang menjelaskan hubungan antara perubahan phisiologis dengan keadaan-keadaan emosional. Carl Lange juga pernah mengemukakan tentang emosi, kemudian James mengembangkannya dan mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsang yang datang.
B. John Dewey (1985-1952)
Dewey dalam psikologi menggunakan teori dan metode "learning by doing" (belajar sambil melakukan). Dalam teori ini ia berpendapat bahwa untuk mempelajari sesuatu, tidak perlu orang terlalu banyak mempelajari teori, tetapi ia harus langsung melakukan apa yang dipelajari itu.
C. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike mengadakan eksperimen terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing dan burung yang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yang dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari belajar (learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi. Suatu stimulus (s) akan menimbulkan suatu respons (R) tertentu.
Kemudian dia bersama Woodworth mengadakan penelitian / penyelidikan tentang "Transfer of Training" mengemukakan bahwa apa yang telah dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari kemudian.
6. CABANG-CABANG PSIKOLOGI SEBAGAI PERKEMBANGAN DARI FUNGSIONALISME
A. Arnold Gessel (1880-1961)
Gessel dikenal sebagai bapak psikologi anak, tetapi hal ini lebih disebabkan karena inisiatifnya untuk pertama kali mendirikan klinik perkembangan anak, dari pada karena teori-teori dan metode-metodenya. Metode yang digunakan Gessel dalam penelitiannya adalah metode observasi dengan bantuan alat seperti kamera film dan cermin searah (one way-mirror) dan metode tingkah laku dibawah kondisi test yang terkontrol. Dari teorinya ia mencoba menerangkan perkembangan tingkah laku anak.
B. Henry Alexander Murray (1893 ---)
Peranan Murray dalam psikologi adalah dalam bidang diagnosa kepribadian dan teori kepribadian.
Ia mengembangkan berbagai teknik evaluasi kepribadian, terutama teknik proyeksi. Salah satu test yang digunakannya adalah "Thematic Apperception Test". Test ini terdiri dari beberapa buah gambar. Tiap-tiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan suasana tertentu. Murray banyak dipengaruhi oleh Freud. Konsep-konsep Id, Ego dan Superego digunakan juga oleh Murray tanpa perubahan.
C. Jean Piaget (1896 ---)
Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsur kesadaran (kognitif).
Hal-hal yang pernah dipelajari Piaget antara lain perkembangan inteligensi, persepsi, bahasa, moral, kausalitas, ruang, waktu, gerak, logika, epistemologi genetika dan lain-lain.
Dalam teorinya Piaget menerangkan asal mula inteligensi dari tingkah laku-tingkah laku yang rendah tingkatannya. Ia percaya bahwa semua tingkah laku baik yang eksternal maupun internal bertujuan adaptasi.
Dalam teori tentang tingkat-tingkat perkembangan inteligensi Piaget membedakan 4 tingkat perkembangan daripada struktur kognitif.
1. Inteligensi sensorimotor (pada anak umur 0-1½ atau 2 tahun
2. Representasi operasional (pada usia 2-7 tahun)
3. Operasi kongkrit (pada usia 11-15 tahun)
4. Operasi formil (pada usia 11-15 tahun)
D. Louis Leon Thurstone (1887-1955)
Dalam metode psikometrinya Thurstone terkenal dengan cara pendekatan analisa-faktor. Dengan pendekatan analisa faktor ini, ia sampai pada kesimpulan bahwa dalam inteligensi tidak ada faktor umum ("general factor" atau faktor-G), melainkan hanya ada faktor-faktor khusus ("specific factors" atau faktor S). Ia mengemukakan ada 7 faktor-S yang paling dasar. Yang disebutnya "Primary Mental Abilities", yaitu :
1. Pengertian verbal
2. Kemampuan angka-angka
3. Penglihatan ke ruangan
4. Kemampuan penginderaan
5. Ingatan
6. Penalaran
7. Kelancaran kata-kata
Karya-karyanya :
a. The Measurement of Attitude (1929)
b. The Vectors of Mind (1935)
c. Primary Mental Abilities (1938)
7. REFLEKISME, PSIKOLOGI PURPOSIF DAN BEHAVIOURISME
A. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan psikologi behaviourisme. Pandangannya yang paling penting bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain dari pada rangkaian refleks-refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja.
Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi ("conditioned reflex"). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.
B. William Mc. Dougall (1871-1938)
Mc. Dougall berpendapat bahwa psikologi hendaknya hanya mempelajari tingkah laku yang nyata saja, kalau psikologi hendak dikatakan sebagai ilmu yang obyektif. Ia dianggap terkemuka karerna karya-karyanya :
1. Psikologi Hormik : tingkah laku tidak hanya bertujuan, tidak hanya merupakan proses mekanisme saja
2. Teori Instink : kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu
3. Sentimen : sistem emosi tertentu yang timbul terhadap obyek-obyek tertentu
4. Teori mengenai jiwa kelompok : bahwa setiap orang mengeluarkaaan semacam energi.
Dalam buku "Social Psychology" (1909) dia mengemukakan bahwa tingkah laku dapat dikembalikan kepada instink-instink yang mendasarinya. Khususnya dalam hal emosi.
8. TEORI KONVERGENSI DALAM PSIKOLOGI
William Louis Stern (1971-1938)
Ia mendefinisikan psikologi adalah ilmu tentang individu yang mengalami / menghayati dan individu yang mampu mengalami / menghayati. Dengan definisi ini ia menjembatani teori-teori dari aliran nativisme dan empirisme. Stern juga mencoba memecahkan persoalan hubungan antara teori elementisme dan teori totalitas. Paham Stern yang selalu mencoba menyatukan paham-paham yang berlawanan disebut paham atau teori konversi.
Penemuannya yang sangat penting adalah konsep IQ "Intelligence Quotient" atau taraf kecerdasan. Dasar teori ini adalah adanya perbedaan kecerdasan pada tiap-tiap orang.
Rumus I.Q
Dimana MA = Mental Age (usia mental)
CA = Calendar Chronological Age (usia sesungguhnya)
9. PSIKOLOGI GESTALT
A. Max Wertheimer (1880-1943)
Dianggap sebagai pendiri psikologi Gestalt pada tahun 1912. Dia mengeluarkan kertas kerjanya yang berjudul "Experimental Studies of the Perception of Movement" mengemukakan hasil eksperimennya dengan menggunakan alat yang disebut Stroboskop yaitu alat berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalam kotak itu.
Menurut Wertheimer, gerak Stroboskopik ini tidak dapat diterangkan dengan teori strukturalisme dan elementisme hanya dengan teori Gestalt. Yaitu bahwa seseorang melihat lingkungannya secara menyeluruh. Dalam bukunya "Investigation of Gestalt Theory" (1923) ia mengemukakan hukum-hukum Gestalt yaitu :
1. Hukum kedekatan : hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2. Hukum ketertutupan : Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3. Hukum kesamaan : hal-hal yang mirip satu sama lain.
B. Kurt Koffka (1886-1941)
Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dan prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Beberapa teori Koffka tentang belajar :
1. Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan
2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ingatan bersamaan dengan jalannya waktu tidak melemahkan jejak-jejak ingatan melainkan menyebabkan perubahan jejak.
3. Latihan-latihan akan memperkuat jejak ingatan.
C. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Karya Kohler yang paling terkenal adalah penyelidikannya mengenai tingkah laku kecerdasan pada hewan, utamanya pada simpanse. Bertitik tolak dari teori Thorndike yang beranggapan bahwa tingkah laku hewan pada dasarnya adalah tingkah laku coba salah. Kohler membuat eksperimen-eksperimen dengan kera dan membuktikan bahwa pada kera pun terdapat pemahaman.
Kohler memang tidak seproduktif Koffka dalam karya-karya tulisnya, tetapi nampaknya memang sudah ada pembagian tugas antara tiga serangkai tokoh Gestalt ini : Wertheimer adalah tokoh yang mengemukakan ide-ide, Kohler yang mengadakan eksperimen-eksperimen dari ide-ide tersebut dan Kaffka yang menulis teori-teori Wertheimer maupun hasil eksperimen-eksperimen Kohler.
10. PSIKO-ANALISA
A. Sigmund Freud
Obyek psikologi ialah alam ketidaksadaran. Pada alam tersebut tingkah laku manusia banyak ditentukan.
Pada dasarnya struktur jiwa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Super ego atau Das Uber Ich yang berisikan berbagai macam nilai luhur, norma-norma, (dapat diibaratkan sebagai tanda-tanda lalu lintas).
2. Ego atau Das Ich, yang berisikan kesadaran yang berfungsi menjaga keseimbangan antar keadaan diri dengan keadaan masyarakat (dapat diibaratkan sebagai joki atau penunggang kuda).
3. Id dan Das Es, yang berisikan nafsu-nafsu yang selalu memuaskan keinginan (dapat diibaratkan sebagai kuda). Joki akan selamat mengendalikan kudanya kalau ia ingat dan mengikuti peraturan lalu lintas yang ada.
B. Granville Stanley Hall (1844-1924)
Peranan Hall yang terpenting dalam perkembangan psikoanalisa adalah memperkenalkan psikoanalisa ke Amerika Serikat. Ia pernah mengundang Freud dan Jung dalam suatu symposium di Universitas Clark pada tahun 1909. Ia juga pernah menulis beberapa buku mengenai psikoanalisa.
Teori Hall sendiri yang terkemuka adalah teori evolusi. Dengan teorinya ini ia sering disebut sebagai "Darwin of The Mind". Karena ia seolah-olah menerapkan teori evolusi dari Darwin kepada perkembangan jiwa. Teori evolusinya berbunyi "Ontogeny Recapitulates Phylogency", artinya proses perkembangan individu sejak dia lahir sampai dewasa tidak lain adalah bentuk yang lebih singkat (rekapitulasi, singkatan) dari proses perkembangan makhluk yang bersangkutan dari mulai tingkatnya yang paling sederhana sampai tingkat yang sempurna.
C. Gustave Le Bon (1841-1931)
Dalam buku "The Crowd" itu ia membicarakan tentang konformitas, aliensi dan kepemimpinan dalam kelompok. Karena bukunya inilah maka Le Bon terkenal sebagai tokoh psikologi sosial. Sekalipun demikian, pengaruhnya terhadap psikoanalisa juga besar karena Le Bon mencoba menerangkan tingkah laku kelompok "Crowd" dengan teori-teori tentang ketidaksadaran, dorongan-dorongan irasional, baik dorongan biologis maupun rasional yang diperoleh turun temurun. Ia menyelidiki tingkah laku kelompok dari sudut antropologi, arkeologi dan biologi dan ia berkesimpulan bahwa individu-individu dalam kelompok bertingkah laku impulsif, mobil, "irritable", intolerant, suggestible dan dictatorial dan sebagainya itu karena kelompok dikuasai oleh semacam jiwa bersama "Group Mind" dan jiwa bersama inilah yang mengatur tingkah laku individu-individu dalam kelompok itu.
REFERENCE:
Sarwono, W. Sarlito, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang.
Dakir, Dasar-dasar Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1993.
0 comment:
Posting Komentar